Hari sudah sore ketika aku tiba di terminal Lebak Bulus. Hari itu hari
terakhirku menjadi bujangan. 4 hari lagi, aku akan menikahi Mei,
kekasihku selama 6 tahun. Hari ini aku pulang ke Jogja, ke tempat
kelahiranku untuk bertemu dengan keluarga.
Hidupku sungguh
sempurna. Tepat setelah aku lulus dari kuliah, aku mendapatkan kerja
yang cukup nyaman di sebuah perusahaan telekomunikasi cukup besar daerah
Jakarta Selatan. Tinggal jalan kaki ke Pondok Indah Mall. Mei, calon
istriku, kemudian menyusul ke Jakarta dan bekerja di sebuah bank di
Bintaro. Perjalanan cinta kami bisa dibilang cukup mulus. Benar-benar
sebuah hidup yang sempurna. Aku pun bukan orang yang aneh-aneh. Aku
dibesarkan dalam keluarga yang cukup religius dan sangat teratur.
Sepanjang sejarah kehidupanku, bisa dihitung berapa kali aku melanggar
aturan atau norma. Kenakalanku paling besar hanyalah minum tomi (topi
miring in case you're wondering) dan sedikit magadon, waktu acara naik
gunung di SMA. Tapi itu dulu.
Hampa kadang terasa. Hidup serasa
jalan tol, tanpa rintangan, mulus tanpa gejolak, penuh aturan. Kadang
aku ingin, sekali-kali memberontak, melanggar aturan. Sekali dalam
seumur hidup.
Aku beranjak di tengah kerumunan calo-calo untuk mencari busku. Sumber Alam. Langgananku selama 2 tahun terakhir.
"Mbak, Sumber Alam yang Bisnis belum datang ya?" tanyaku kepada seorang petugas loket. Manis juga. Item manis sih tepatnya.
"Dereng mas, jogja ya? Mangke setengah jam malih ...," Lho, kok bahasa jawa?
"Nuwun nggih mbak."
Aku duduk menunggu. Asap bus benar-benar menyesakkan. Aku merasakan
diriku sesak napas. dari dulu memang aku tidak pernah suka keramaian dan
kesesakan Jakarta. Tapi kepepet sih, harus cari upa ("cari nasi") di
Jakarta.
Tak lama kemudian bis itu datang juga. AB 7766 BK. Aku
bergegas naik. 14A. dua tempat duduk. Aku sengaja mencari tempat duduk
persis di bawah AC. Biar bisa tidur lelap. Aku segera menutup mata.
Mengurangi kebisingan akibat lalu lalang orang mencari tempat duduk.
"Mas, mas, maaf ...," ada suara merdu rupanya. Aku membuka mataku.
"Maaf, apa boleh tukeran sama suami saya? Suami saya dapat tiket tempat
duduk di seberang. Soalnya beli tiketnya baru aja tadi."
Aku
melihat ibu yang menyapa tadi. Kemudian melihat suaminya yang tersenyum
mengangguk kepadaku di seberang kursi kami, menggendong anak yang
kira-kira berusia 5 tahun.
"Aduh, bu, maaf, bukannya saya tidak
mau, cuman memang saya sengaja memilih tempat di bawah AC ini bu. Maaf
ya," jawabku agak keberatan. Bukannya apa-apa, tapi aku paling tidak
suka diganggu dengan masalah orang yang telat membeli tiket seperti
pasangan ini.
Ibu itu cemberut. "Ya sudahlah pa, kita ngalah aja. Aku duduk di sampingnya mas ini aja."
Whatever. aku kembali menutup mataku.
Perjalanan ini sesungguhnya bakal menyenangkan, kalau tidak harus
mendengar rengekan anak 5 tahun yang sepertinya tidak pernah diam itu.
Belum lagi suara ibu-ibu di sebelahku ini, yang ya ampun, cerewetnya.
Aku jengkel banget.
Hujan mulai turun. Airnya menetes membentuk alur di kaca jendelaku. Masih terjebak di Cawang. Sial.
Untung Cikampek tidak macet. Kendaraan mulai menderu, bertambah cepat.
Kulihat tebaran warna hijau ditimpali air hujan yang begitu deras di
sebelah kiri jalan tol. Suara air hujan menderu keras sekali di atas
atap. Orang-orang sudah mulai menampakkan kantuk, dan sepertinya suasana
menjadi begitu sepi. Uh, begitu romantis. Kalau saja Mei di sampingku,
pasti kepalanya sudah bersandar di bahuku, dan tangannya memeluk
lenganku. Kalau saja ....
Aku memandang ke samping. Ibu itu kini
sedang sibuk memberikan makan kepada anaknya. Si bapak sedang sibuk
dengan PDAnya. Tipikal keluarga Jakarta, berumur di akhir 30an dan baru
saja mempunyai anak. Tampaknya keluarga berada. Tapi ngapain naik bis
ya? Ah, peduli amat.
Aku kembali menutup mataku. Hari berangsur gelap.
"Pengumuman, bapak ibu. Mohon maaf bahwa ada kerusakan teknis yang
menyebabkan lampu tidur tidak dapat menyala," kata kenek bus itu
mengagetkan aku.
"huuuuu," para penumpang menyahut serentak.
Sip. aku paling tidak suka lampu tidur yang remang remang. Aku paling
suka gelap. Tidurku pasti nyenyak malam ini. Perjalanan yang panjang
menuju Yogyakarta.
------------
Aku melirik jamku. Jam 9
malam. Semua orang tampaknya sudah terlelap. Tidak terkecuali ibu dan
anak di sampingku. Bus tadi baru saja berhenti di tempat makan.
Orang-orang makan malam dan ke belakang. Pasti mereka kekenyangan, dan
acara yang paling menyenangkan setelah makan adalah tidur. Hujan masih
turun, rintik-rintik. Aku melanjutkan tidurku.
Tidak berapa lama
aku terlelap, aku merasakan kaki anak di sebelahku menyentuh kakiku.
Sialan. Itu berarti sepatu anak itu kena celanaku. Aku
menggeser-geserkan kakiku agar kaki anak itu tidak menekan celanaku.
Tentu saja dengan mata terpejam. Tidak disangka, kaki itu balas
menggesek. Eee, kurang ajar. Aku segera membuka mataku untuk menegur
orang tuanya. Aku terkejut.
Ternyata itu bukan kaki anak kecil.
Itu kaki orang dewasa. Kaki ibu itu. Si anak ternyata sudah tidak ada di
pangkuan dia. Kemungkinan ada di pangkuan si bapak. Aku segera menutup
mataku, pura-pura tidur. Perasaanku mengatakan ada sesuatu yang lain
yang akan terjadi. Aku kembali menggesekkan kakiku, menunggu responsnya.
Dan ibu itu balas menggesek. Aku sedikit membuka mataku. Kilatan cahaya
dari luar bus memberikan sedikit penglihatan mengenai ibu di sampingku.
Matanya juga terpejam ternyata.
Tiba-tiba ibu itu menggeser
sedikit tubuhnya. Ya, kearahku. Kami berdua menjadi duduk berdempetan.
Sisi samping kananku menempel pada bagian kiri tubuhnya. Harum rambut
dan parfumnya mulai merasuki hidungku. Aku mulai terangsang.
Aku mencoba untuk lebih berani. Tubuhku aku condongkan sedikit ke depan,
dan kemudian aku bergeser ke arahnya. Sehingga posisi saat itu,
lenganku tepat di depan dadanya. Tubuh itu diam saja. Lenganku kemudian
ku tekan sedikit ke belakang, sehingga aku bisa merasakan sesuatu yang
begitu empuk. Ya, payudaranya. Payudaranya besar. Aku bisa merasakan
volumenya ketika lenganku menggeseknya. Dan sangat empuk. Sikuku
kemudian membuat gerakan melingkar di dadanya. Pelan sekali, sikuku
bergerak. Aku tidak mau membuat ia berpikir macam-macam dan kemudian
menamparku.
Tubuh itu diam saja. Kulirik matanya. masih
terpejam. Tapi aku mendengar dia menghela napas. Jadi ia terangsang.
Aku? sangat terangsang. Aku merasakan dadaku berdentum-dentum. Kepalaku
berputar-putar karena aliran darah yang sangat cepat ke otakku. Aku bisa
mendengar degup jantungku di telingaku sendiri. Aku akan melakukan
dosa. 4 hari sebelum pernikahanku. Sepanjang sejarah hidupku. Tapi
perasaan itu, nafsu itu, benar-benar membuat aku tidak tahan .....
lenganku terdiam sebentar dari kegiatan menggesek dadanya. Yang lebih
mengejutkan lagi, tangan ibu itu mulai mengelus pahaku. ya, pahaku yang
dibalut celana panjang kain warna coklat. Tangannya sangat perlahan
mengelus kakiku dari mulai pangkal paha sampai atas lutut. Aku gemetar.
Sangat gemetar. Aku tidak tahan ......
Sekarang posisiku
berubah. Aku membuka tas dan mengambil sweater. Aku sudah memakai jaket
tentu saja, karena aku tidur di bawah AC. tapi sweater tadi untuk maksud
lain. Sweater tadi kemudian aku tutupkan di atas dadaku, dan kemudian
tanganku kulipat. Apabila dililhat dari jauh, seperti orang yang
tangannya kedinginan karena AC. Tapi bukan itu alasannya. Aku beringsut
lagi mendekati tubuhnya. Tangan ibu itu masih mengelus pahaku. Kami
berpandangan sebentar. Lucunya, setelah itu kami berdua kembali
bersender pada tempat duduk kami dengan mata terpejam. Tanganku mulai
beraksi. Tangan kiriku yang tadi dilipat mulai bergerak ke arah dadanya.
Sangat pelan. Tangan itu mulai menyusuri bukit indah yang tertutup
kain, mulai dari tepi. Aku sangat menghayati momen itu. Pelan-pelan
kuelus bukit indah itu, dari tepi ke kanan. Sedikit ku remas, tapi tidak
banyak. Aku tidak mau menyakiti bukit indah itu. Sungguh, ibu itu
mempunyai dada yang sempurna. Besar, dan sangat kenyal. Aku merasakan
bahwa dia memakai BH yang berenda. Aku membayangkan bentuknya. Mungkin
warnanya hitam. Atau merah. Dan rendanya sedikit tembus pandang. Mungkin
cupnya cuma setengah. Mungkin cupnya tidak bisa menahan volume payudara
sebesar itu. Oooh, aku semakin terangsang.
Ibu itu mengenakan
baju jeans terusan dengan bawahan rok dengan kancing dari dada sampai di
lutut. Kain jeansnya untungnya kain yang lemas, sehingga aku bisa
merasakan tekstur renda BHnya. Sangat merangsang. Aku melirik sedikit ke
arah dia. Dia masih terus mengelus pahaku. Aku tidak sabar. Tangan
kananku yang nganggur kemudian memimpin tangannya ke penisku yang sudah
tegang. Aha, dia mengerti. Kemudian dia berlanjut mengelus kontur
penisku dengan jari telunjuk dan jempolnya yang tercetak jelas di dalam
celanaku. OOoh, mantab.
"Besar .....," desisnya. Matanya tetap terpejam. Mataku juga.
Aku melanjutkan kenakalanku. Kali ini, dua kancing tepat di depan dada
besar itu aku buka. Dengan susah payah. Pernah membayangkan membuka
kancing-kancing besar pada kain jeans? Yup, susah sekali. Akhirnya dia
turun tangan. Tangannya kanannya membantuku membukanya.
Tanganku kemudian masuk pelahan ke dalam bajunya, untuk merasakan
keindahan payudara di baliknya. Bayanganku memang menjadi kenyataan. BH
setengah cukup yang terlalu kecil, dengan renda yang sangat merangsang.
Aku suka sekali renda, terutama apabila renda itu ada di tempat yang
tepat. BH dan celana dalam. Aku kembali mengelus dadanya. SEkarang aku
sedikit meremasnya. Sensasinya benar-benar luar biasa. Dia mendesis.
Kepalaku berdentum-dentum. Jantungku berdebar sangat keras.
"Buka," bisikku lirih. Mungkin tidak terdengar. Tapi aku tidak mau
mengambil resiko terdengar. Apalagi oleh suaminya yang hanya duduk 50 cm
di seberangnya. Ternyata dia mendengar. Dia berhenti mengelus penisku,
membungkukkan sedikit badannya, dan kemudian berusaha melepas kait BHnya
di belakang. Agak lama dia membukanya. Selagi dia membuka BHnya,
pelahan aku menarik ritsleting celanaku ke bawah. Pelaaan sekali.
Setelah itu, aku memelorotkan celana dalamku. Tidak melorot sih
sebenarnya. Cuman mengaitkan kolornya ke bagian bawah penisku. Tidak
nyaman memang. Tapi sekarang penisku bisa bebas mengacung menunjuk
langit. Menanti elusannya.
Sepertinya kait BHnya sudah lepas.
Tangan dia sepertinya cerdas, kembali mencari sasarannya yang tadi
lepas. Dan dia tidak kaget, kali ini penisku sudah tegak menjulang,
keluar dari celana. Kemudian dia seperti terkejut dan kemudian menarik
tangannya dan kemudian melipatnya di depan dada. Pura-pura tidur, sambil
menutupi dua kancing dadanya yang sudah terbuka lebar.
Sial.
ada orang mau ke toilet. dia berjalan melangkah dari depan. Untung aku
ada sweater yang bisa menutupi si "burung" nakal. Aah, seorang wanita.
Bakalan lama nih. Jantungku berdegup keras.
Lama sekali orang
itu di toilet. Aku mulai tidak sabar. Penisku sudah mulai menyusut. ya
iyalah, baru juga pemanasan. Kepotong deh. ....
Akhirnya wanita
itu lewat juga di di samping kami. Uuuh, lega. Tangan ibu itu mulai
duluan, menyusup di bawah sweater, mencari "adikku" yang mulai tegang
lagi. hmmm. Tangannya sungguh mulus, dan sentuhannya, benar-benar
nikmat. Dia tahu betul cara merangsang penis dengan sentuhan. Sentuhan
itu ringan, seperti melayang. Dia tidak meremas, atau menggosok terlalu
keras. semuanya serba ringan dan melayang. Dan itu membuatku melayang.
Tanganku juga tidak mau kalah, seperti mempunyai mata sendiri yang
bergerak mencari sasarannya. Si bukit kembar yang kenyal. Dan tangan itu
menemukan sasarannya. Dada itu benar-benar lembut. Mulus tak bercela.
Aku meresapi setiap jengkal usapan tanganku di dadanya. Meremas pangkal
dadanya. Memilin putingnya. Putingnya. Putingnya runcing, ukurannya luar
biasa, sepanjang buku jari telunjukku. Dan keras. Sangat keras. Sperti
penis kecil. Aku memilinnya. lagi. Dan dia mendesis.
"jangan keras-keras," bisiknya sangat lirih. AKu mengerti. Aku meremas, memilin, mengelus tanpa henti. Benar-benar nikmat.
Tapi tetap ada yang kurang. Kami berdua tidak terpuaskan. Penisku tetap
tegang luar biasa. Dan rasanya mulai sakit sekarang. berdenyut-denyut
ga karuan. Tangannya masih tetap mengelus penisku, tapi sungguh, tangan
itu tidak mampu membuat aku nikmat terus-menerus. Dia mengerti hal itu.
"Ke bawah ....," bisiknya sambil mengarahkan tanganku yang tadi ada di
dadanya ke arah bawah. Aku langsung tanggap. Tanganku berubah posisi,
mengelus pahanya yang tertutup kain jeans. Tidak berasa memang. Tapi
dari gerakan tubuhnya aku tahu, dia sangat terangsang. Dia berulangkali
menggerakkan tubuhnya, seolah menikmati betul elusan tanganku di
pahanya. Pelan-pelan aku naik sedikit ke atas, tepat di gundukan di
bawah pusar itu. Dia menahan tanganku.
"Jangan ... "
Aku nekat.
"Jangan ..." Ok. Aku turuti. Aku kembali mengelus pahanya. Kali ini
tanganku lebih berani. Kupegang ujung roknya dan kunaikkan sedikit ke
atas. Dia tidak menolak. Aku kembali mengelus pahanya. Hhhm, sungguh
mulus. Benar-benar mulus. Aku merasakan bulu-bulu halus di telapak
tanganku. Dia terengah-engah. Tangannya sejak dari tadi berhenti
mengelus penisku. Tak apa. lebih baik begitu daripada menyiksa "adikku"
yang sudah tegang luar biasa.
Aku tiba-tiba menghentikan
elusanku dan menarik tanganku. Kemudian memandang ke arah dia. Matanya
bertanya. Menanyakan mengapa aku menghentikan itu.
"Aku mau itu," bisikku mendekat di telinganya, sambil menunjuk ke arah gundukan tempat vaginanya berada.
Dia menggeleng. Aku kemudian berpura-pura tidur. Memejamkan mata.
Lama sekali. Mungkin 5 menit, mungkin kurang dari itu. Tangannya
menarik tanganku dan mengarahkannya ke tempat yang aku inginkan.
Hehehehe, aku menang. Dia tidak tahan. Tanganku sudah berada tepat di
atas gundukan itu. Dia membuka kancing bajunya tepat di area itu.
Tanganku bergerak mencari celana dalamnya. Dapat.
Jelas, ini
sutra. Atau Satin? aku tidak peduli. bahan kain celana dalamnya halus
sekali. aku merabanya. memastikan. Terus ke bawah, dan kutemukan apa
yang kucari. Sesuatu itu sudah basah. Pasti basah, karena aku
merasakannya dengan tanganku. Tanganku berhenti di situ. Merasakan
bentuknya. Sedikit bergelombang. Aku merasakan lipatan vertikal.
Bulu-bulu halus di sekitarnya. Cukup tebal. dan sangat basah. Aku
tersenyum kembali. Penuh kemenangan. Jari tengahku kemudian mengelus
lipatan basah itu. Pelan, tapi sedikit menekan. Dia mendesis. Oh tidak.
Dia melenguh. Tetap memejamkan matanya.
Aku makin berani. Celana
itu aku pegang elastisnya. dan aku turunkan ke bawah. Dia memegang
tanganku. Aku tetap berkeras. Dia menyerah.
Kembali jari
tengahku mencari tempat tadi. Jari itu mencari sumber kenikmatan seorang
wanita. Sebuah penis kecil yang sudah amat basah. Aku menggoyangnya
pelan dengan jariku. Kemudian mengelusnya. Kemudian menekannya. Tubuhnya
menegang.
Aku kembali mengelusnya. Pelan dan sedikit menekan.
Pelan dan sedikit menekan. Tempat itu terasa lebih basah daripada
sebelumnya. Jariku masuk lebih ke dalam. Merasakan lipatan lain di dalam
yang sangat basah. Benar-benar basah. Rongga itu seperti tidak
berujung. Kemudian jariku kugerakkan. ke dalam dan ke luar.
Berulangkali.
Aha, aku merasakan jariku seperti tersedot ke
dalam. Ada sesuatu yang mencengkeram. Dan rasa itu kembali membuatku
terangsang. Aku terus menggerakkan jariku. Semakin cepat. Tiba-tiba
jariku seperti ditumpahi cairan hangat. kental. Dia terengah-engah.
Tubuhnya menegang. Kali ini cukup lama. Aku terus menggerakkan jariku.
Dia kemudian menahan tanganku. Aku menurut. Aku memandangnya.
Matanya terpejam. Seperti menghayati sesuatu. Mungkin orgasme. Dadanya
naik turun, terengah-engah seperti habis lari kencang. Kancing masih
terbuka.
"Apa kau ..?"
"Ya ... . Luar biasa ...," bisiknya,
memandang kepadaku. Oooh, senyumnya manis sekali. Matanya yang bulat
besar memantulkan kilatan cahaya neon di luar bus.
Dia memandang ke bawah tubuhku.
"Kasihan ya,..." senyumnya menunjuk ke "adikku". Ya iyalah. "adikku"
tidur nyenyak sementara dia sendiri terpuaskan. Paling tidak dengan
jariku.
"ga papa ..."
Kami berdua terdiam. Menghayati
momen-momen gila tadi. Kedua mata terpejam. Hawa dingin AC menyergap.
Aku melirik jamku. 2 dinihari. Dan kemudian bus berhenti. cukup lama.
Orang-orang sepertinya tidak peduli. tetap mereka tertidur nyenyak,
padahal AC mati.
Aku memandang "partner"ku. Matanya terpejam. Bajunya sudah dikancingkan. Lengkap. Aku pun bergerak membetulkan celanaku.
"Jangan ....," katanya sambil menahan tanganku yang hendak menarik
ritsleting. Oh, dia ternyata melirikku. Ok. Aku menurut. Aku ingin tahu
apa yang ingin dia lakukan. Aku hanya menutupnya kembali dengan sweater.
Temperatur udara dalam bis mulai panas. Keringatku mulai menetes dari
kening.
Akhirnya bus berjalan. AC mulai berhembus lagi. Sejuk. Aku memejamkan mata lagi.
"Buka matamu, awasin ...."
Aku tidak mengerti. aku membuka mataku. Tiba-tiba dia membungkuk.
Gilaaaa. Aku merasakan bibir mungilnya menyentuh kepala "adikku".
Ringan sekali. Aku mengerti maksudnya. Mengawasi sekeliling supaya tidak
ada seseorang pun memergoki aksi gila ini. Penisku mulai hidup lagi.
Gila mungkin, tapi aduuuh, memang nikmat. Kurasakan bibirnya mulai
menciumi kepala penisku. Ohh, bibirnya mulai membuka dan memasukkan
kepala penisku ke mulutnya. Penisku mulai masuk ke dalam mulutnya. Dan
pelan-pelan mulut itu mulai menghisap. Adduh, sakit.
"Jangan
keras-keras ...," aku berbisik sambil membelai rambutnya. Membelai
rambutnya? iya, seperti layaknya pacar saja. Dia kembali melanjutkan
kulumannya. Kali ini pelan-pelan. Naik turun. Naik turun. Nikmat tak
terkira.
Tampaknya dia sudah sering melakukan ini. Mulutnya
bagaikan sebuah mesin handal perangsang penis. Setelah selesai
menghisap, dia berhenti sebentar, dan kemudian menjilat bagian bawah
kepala penisku. Tidak cuma menjilat, lidahnya juga bergetar ketika
bergerak menyusuri daging itu.
"Ooohhh ..," kali ini aku
terpaksa harus melenguh. Ini nikmat sekali. Dia tahu sekali kelemahan
"adikku". Bagian itu kemudian digigitnya dengan bibirnya. Siall, makin
nikmat. Lagi-lagi digigitnya dengan bibirnya. Kalau begini terus, aku
pasti tak tahan. Gelliiii.
Kemudian mulutnya kembali mengulum.
Naik turun. Yang aku heran, penisku bisa masuk semua ke mulutnya. Wooa,
sensasinya benar-benar luar biasa. Telaten sekali dia. Mulutnya kemudian
berpindah ke .... bolaku. Menciumnya sebentar, kiri dan kanan, dan
kemudian memasukkannya ke dalam mulutnya. Ohhhh..... . Ketika mengulum
bolaku, kurasakan lidahnya menari-nari di dalam mulutnya.
Aku yang ga telaten. Kurasakan nikmatku semakin memuncak. Tidak tahan lagiiiiiiiii .....
"Aku mau ...."
Mulutnya berpindah ke kepala penisku. Mengulumnya lagi. naik turun. Tangannya mengocok pangkal penisku. Pelan tapi erat.
"Aaaahhhhh ..."
Ujung penisku berkedut. Sekali. Kurasakan aliran sperma ke mulutnya.
Dua kali. Tiga kali. Empat kali. Selama itu pula mulutnya tetap
mencengkeram kepala penisku. Aku ejakulasi. Di dalam mulut seorang ibu.
Orang asing. Aku bahkan tidak tahu namanya.
Dia memandangku. Tatapan itu ....
"Makasih ....," hanya itu yang terlontar dari mulutku. Dia bangkit,
kemudian tersenyum kepadaku. Sekilas kulihat bekas sperma di pinggir
bibirnya. Aku mengangkat tanganku, membersihkannya.
Kami berdua terpejam.
Pagi menjelang. Orang-orang sudah sibuk ngobrol. Isi bus kembali ramai.
Aku? masih terlelap. Atau pura-pura? Setelah kejadian malam tadi, aku
sama sekali tidak berani untuk menatap ibu di sampingku. Bahkan mengajak
bicara pun tidak berani. Kurasa dia juga begitu. Kudengar dia sibuk
dengan anaknya, sambil bicara dengan suaminya seolah-olah tidak pernah
terjadi apa-apa antara aku dan dia. Sepanjang jalan ku membuang muka,
menatap pemandangan di luar jendela bus.
Pesta bujanganku kurasa.
Pukul 6.30. Orang-orang sudah mulai turun bus. Sudah sampai Sedayu.
Berarti sebentar lagi masuk kota. Keluarga di sampingku bangkit. Oh,
mereka mau turun.
"Mas, duluan, mas ...," kata suaminya ramah,
ditimpali ibu itu. Aku terpaksa menoleh ke arah mereka. Baru kusadari
sekarang. Ibu itu sangat manis. Aku merasa berterimakasih padanya.
"Oiya, monggo monggo," sahutku.
Mereka turun dari bus. Bus semakin sepi mendekati terminal Giwangan.
Ada secarik kertas kecil di bekas tempat duduk ibu tadi. Aku
memungutnya. Penasaran. ternyata di kertas itu tertulis nama ibu dan no
telepon y...wah ada kesempatan lagi ni he..he2..
Cerita Mesum Seks Dewasa
BalasHapusCelsi, Gadis Cantik Korban Pemerkosaan Massal
Sahabatku Devi Azhari kena Gangbang
Pemerkosaan Dua Primadona Sekolah
Perkosaan jilbab pegawai
Pemerkosaan Dokter Amoy Muda yang Belagu
HASRATKU KEPADA WANITA
' SELAMAT DATANG DI TOKO ONLINE OBAT HERBAL "
BalasHapus' CLINIK CHUAN "
Call 082243627277 BBM 2608A38B
Call 082243632123 BBm 23B52414
OBAT ABORSI TUNTAS
OBAT PELANCAR HAID
OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN
OBAT TELAT BULAN
OBAT ABORSI CYTOTEC
OBAT ABORSI AMPUH
JUAL SEGALA PRODUK OBAT KUAT
OBAT PEMBESAR PENIS
Ngentot Ketika Mendaki Gunung
BalasHapusWow Artikelnya HOT Bagus Bagus... Tetap Lanjut... Saya Lg Blogwolking Klo Kerkenan Kunjungi Web Saya... Min... Terimakasih
BalasHapusPUSAT OBAT PEMBESAR PENIS | DISTRIBUTOR VIMAX CAPSULE
Lebih dari 1 juta konsumen vimax puas...!!
Vimax asli adalah revolusioner solusi masalah lelaki yang telah membantu lebih dari 1 juta lelaki untuk mengatasi masalah seksual mereka,aman tanpa efeksamping berbahan herbal alami dan tingkat keberhasilan mencapai 95%
INFO Obat Obat Herbal
Vimax Canada Asli
Vimax izon Asli
Vimax Pembesar Penis
Vimax Murah
Vimax Izon Asli
Vimax Isi 30 Capsul
Pusat Vimax Pembesar Permanen
Vimax Ampuh
Vimax Aman
Vimax Pembesar Vital
Vimax Original
Vimax Bagus
Vimax Canada Terkenal
Distributor Vimax Canada
Pembesar Penis Cepat
Pembesar kelamin Pria
Pembesar Penis Alami
Pembesar Penis Asli
Pusat Pembesar Peni Cepat
Pembesar Penis Aman
Pusat Pembesar Izon4d
Pusat Pembesar Vimax
Pusat Pembesar Penis
Pusat Obat Kuat Tahan Lama
Obat Mengatasi ejekulasi Dini
Obat Pembesar Penis Paten
Distributor Pembesar Penis
PRODUK PRODUK LAINYA ....
Klik Disini www.kedaiobatimport.com
Khusus Dewasa 18+