Minggu, 28 April 2013

Nikmatnya memek mama dan bude ratna

Namaku Roy, 32 tahun. Saat ini aku tinggal di Bandung. Banyak yang bilang aku ganteng. Kisah yang akan aku tulis ini ialah kisah nyata dheri pengalaman ngentot aku dengan mama dan bude aku.
Cerita ini dimulai ketika aku berumur 20 tahun. Saat itu bude ratna datang dan bermalam selama beberapa hheri di rumah karena suaminya sgilag bteriakkat keluar kota. Dia merasa sepi dan takut tinggal di rumahnya sendirian. bude ratna berumur 32 tahun. Penampilannya biasa saja. Tinggi badan 160 cm. Ramping. Tapi aku suka bodynya. Buah dada 36B, dan pantatnya besar bulat. Aku suka lihat bude ratna kalau telah menggunakan celana panjang ketat sehingga pantatnya sangat membentuk, mteriaksang. bude ratna ialah adik kandung Papa aku.
Waktu itu hheri aku tidak masuk kusarih. Aku diam di rumah bersama mama dan bude ratna. Pagi itu, jam 10, saya lihat mama baru selesai mandi. Mama keluar dheri kamar mandi menggunakan handuk menutupi dada dan setengah pacuma yang putih mulus. Mama berumur 38 tahun. Sangat mengnafsukan.

Saat itu gak tahu secara tidak sengaja aku melihat mama membetulkan lilitan handuknya sebelum masuk kamar. Terlihat toket mama walau gak begitu besar tapi masih bagus bentuknya. Yang terutama jadi perhatian aku ialah memek mama yang dihiasi bulu hitam gak begitu lebat berbentuk segitiga rapi. Mungkin karena mama rajin mengasuhnya.


Mama sepertinya tidak sadar kalau aku sgilag melihatnya. Mama langsung masuk kamar. Hati berdebar dan terbayang terus pemandangan tubuh mama tadi. Aku dekati pintu, lalu aku intip dheri lubang kunci. Terlihat mama sgilag membuka lilitan handuknya lalu mengeringkan rambutnya dengan handuk tersebut. Terlihat tubuh mama sangat mengnafsukan. Terutama memek mama yang aku fokuskan. Secara otomatis tangan aku meraba kontol dheri luar celana, lalu meremasnya slow-slow sambil menikmati keindahan tubuh mteriaksang mama. Karena telah tak tahan lagi, aku segera ke kamar mandi dan onani sambil berimajinasi menyetubuhi mama. Sampai akhirnya.. Crot! Crot! Crot! Aku klimak.

Sore hherinya, waktu aku sgilag tiduran sambil membaca majalah, tiba-tiba terdengar suara mama memanggil aku.
 “Roy..!” panggil mama.

“Ya, Ma…” sahut aku sambil bergegas ke kamar mama.

“Ada apa, Ma?” tanya aku.


“Pijitin badan mama, Roy. Pegal rasanya…” kata mama sambil tengkurap.


“Iya, Ma…” jawab aku.



Waktu itu mama menggunakan daster. Aku mulai memijit kaki mama dheri betis. Terus sampai naik ke paha. Mama tetap diam merasakan pijitan aku. Karena daster mama agak mengganggu pijitan, maka aku bertanya pada mama, “Ma, dasternya naikin ya? mengganggu nih…” tanya aku.


“Emang kamu mau mijitan apa aja, Roy?” tanya mama.


“Seluruh badan mama,” jawab aku.


“Ya telah, mama buka baju saja,” kata mama sambil bangun, lalu melepas dasternya tanpa ragu.


“Ayo lanjutkan, Roy!” kata mama sambil kembali tengkurap. Darah aku berdesir melihat mama setengah telanjang di depan mata.


“Mama tidak malu buka baju depan Roy?” tanya aku.


“Malu kenapa? Kan anak kandung mama.. Biasa sajalah,” jawab mama sambil memejamkan mata.



Aku berdebar. Tanganku mulai memijit paha mama. Sebetulnya bukan meimijit, istilah yang tepat ialah mengusap agak keras. Aku nikmati usapan tangan aku di paha mama sambil mata terus memandangi pantat mama yang menggunakan celana dalam merah. Setelah selesai “memijit” paha, karena masih ragu, aku tidak memijit pantat mama, tapi langsung naik memijit pinggang mama.



“Kok dilewat sih, Roy?” protes mama sambil menggoyangkan pantatnya.


“Mm.. Roy takut mama marah…” jawab aku.


“Marah kenapa? Kamu kan emang mama pinta mijitin.. Ayo teruskan!” pinta mama.



Karena telah memperoleh angin, aku mulai meraba dan agak meremas pantat mama dheri luar celana dalamnya. Nyaman rasanya memijit dan meremas pantat mama yang bulat dan padat. Kontol aku telah mulai makin keras. Mama tetap terpejam menikmati pijitan aku. Karena birahi aku telah naik, aku sengaja memasukkan tangan aku ke celana dalam mama dan terus meremasnya. Mama tetap diam. Aku makin berani.



Jheri tengah aku mulai menyusuri belahan pantat mama sampai ke belahan memek mama. Jheri aku diam disana. Aku takut mama marah. Tapi mama tetap diam sambil memejamkan mata. Aku mulai menggerakan jheri tengah aku di belahan memek mama. Mama tetap diam. Terasa memek mama mulai basah. Dan aku tahu kalau mama agak menggoyang-goyangkan pantatnya, mungkin mama merasa enak menikmati jheri aku di belahan memeknya. Itu perkiraan aku.
Karena telah basah, aku nekad masukkan jheri aku ke lubang memek mama. Mama tetap memejamkan mata, tapi pantatnya mulai berputar agak cepat.

“Roy, kamu ngapain?” tanya mama sambil membalikkan badannya. Aku kaget dan takut mama marah.

“Maaf, Ma…” kataku tertunduk tidak berani memandang mata mama.


“Roy tidak tahan membatalkan birahi…” kataku lagi.


“Nafsu apa?” kata mama dengan nada lembut.


“Sini berbhering dekat mama,” kata mama sambil menggeserkan badannya. Aku diam tidak mengerti.


“Sini berbhering Roy,” ujar mama lagi.


“Tutup dulu pintu kamar,” kata mama.


“Ya, Ma…” kataku sambil berdiri dan segera menutup pintu. Kemususan aku berbhering di samping mama.
Mama menatapku sambil mengelus rambut aku.

“Kenapa berbirahi dengan mama, Roy,” tanya mama lembut.

“Mama marahkah?” tanya aku.


“Mama tidak marah, Roy.. Jawablah jujur,” ujar mama.


“Melihat tubuh mama, Roy tidak tahu kenapa jadi pengen, Ma…” kataku. Mama tersenyum.


“Berarti anak mama telah mulai dewasa,” kata mama.


“Kamu benar-benar mau akung?” tanya mama.


“Maksud mama?” tanya aku.


“Dua jam lagi Papa kamu balik…” cuma itu yang keluar dheri mulut mama sambil tangannya meraba kontol aku dheri luar celana.



Aku kaget sekaligus bahagia. Mama mencium bibir aku, dan akupun segera membalasnya. Kami saling mencium mesra sambil tangan kami saling meraba dan meremas.



“Buka baju kamu, Roy,” kata mama. Aku menurut, dan segera melepas baju dan celana.



Mama juga melepas BH dan celana dalamnya. Mama duduk di tepi tempat tidur, sgilagkan aku tetap berdiri.



“Kontol kamu besar, Roy…” kata mama sambil meraih kontol aku dan meremas serta mengocoknya. Enak rasanya.


“Kamu udah pernah maen dengan perempuan tidak, akung?” tanya mama.


Sambil menikmati enaknya dikocok kontol aku menjawab, “Belum pernah, Ma.. Mmhh..”. Mama tersenyum, gak tahu apa artinya.



Lalu mama menherik pantat aku hingga kontol aku hampir mengenai wajahnya. Lalu mama mulai menjilati kontol aku mulai dheri kontol sampai ke kepalanya. Rasanya sangat nikmat. Lebih nikmat lagi ketika mama memasukkan kontolku ke mulutnya. Hjilatan dan permainan lidah mama sangat pandai. Tanganku dengan keras memegang dan meremas rambut mama dengan keras karena merasakan kepuasan yang amat sangat. Tiba-tiba mama menghentikan hjilatannya, tapi tangannya tetap mengocok kontolku perlahan.



“Enak akung?” tanya mama sambil menengadah menatapku.


“Iya, Ma.. Enak sekali,” jawabku dengan suara tertahan.


“Sini akung. Kontolmu udah besar dan tegang. Sekarang cepat masukkan…” ujar mama sambil menherik tanganku.



Mama lalu telentang di tempat tidur sambil membuka lebar pacuma. Tanpa ragu aku naiki tubuh mama. Aku arahkan kontolku ke lubang memeknya. Tangan mama membimbing kontolku ke lubang memeknya.



“Ayo, Roy.. Masukkan…” ujar mama sambil terus memandang wajahku.



Aku tekan kontolku. Lalu terasa kepala kontolku memasuki lubang yang basah, licin dan hangat. Lalu kontol kontolku terasa memasuki sesuatu yang menjepit, yang gak tahu bagaimana aku menjelaskan rasa nikmatnya.. Secara perlahan aku keluarmasukkan kontolku di memek mama. Aku cium bibir mama. Mamapun membalas ciuman aku sambil menggoyangkan pinggulnya mengimbangi goyangan aku.



“Enak, Roy?” tanya mama.


“Sangat enak, Ma…” jawabku sambil terus menyetubuhi mama. Setelah beberapa menit, aku hentikan gerakan kontol aku.


“Kenapa mama mau melakukan ini dengan Roy?” tanyaku. Sambil tersenyum, mata mama terlihat berkaca-kaca.


“Karena mama akung kamu, Roy…” jawab mama.


“Sangat akung…” lanjutnya.


“Lagipula detik ini mama memang sgilag ingin bersetubuh…” lanjutnya lagi.



Aku terdiam. Tak berapa lama aku kembali menggerakan kontol aku menyetubuhi mama.



“Roy juga sangat akung mama…” ujarku.


“Ohh.. Roy.. Enakk.. Mmhh…” desah mama ketika aku menyetubuhinya makin keras.


“Mama mau keluar…” desah mama lagi.



Tak lama kurasakan tubuh mama menggelinjang lalu mendekap aku erat-erat. Goyangan pinggul mama makin keras. Lalu..



“Ohh.. Enak akungg…” desah mama lagi ketika dia mencapai klimak.



Aku terus menggenjot kontolku. Lama-lama kurasakan ada dorongan kuat yang akan keluar dheri kontol aku. Rasanya sangat kuat. Aku makin keras menggenjot tubuh mama..



“Ma, Roy gak tahann…” ujarku sambil mendekap tubuh mama lalu menekan kontolku lebih dalam ke memek mama.


“Keluherin akung…” ujar mama sambil meremas-remas pantatku.


“Keluherin di dalam aja akung biar enak…” bisik mama mesra.



Akhirnya, crott.. Crott.. Crott.. Air maniku keluar di dalam memek mama.



“Mmhh…” desahku. Lalu tubuh kami tergolek lemas berdampingan.


“Terima kasih ya, Ma…” ujar aku sambil mencium bibir mama.


“Lekas berbaju, Papa kamu sebentar lagi balik!” kata mama.



Lalu kamipun segera berbaju. Setengah jam kemususan Papa balik. Mama dan aku bersikap seperti biasa dan terlihat normal.



Malam hherinya, sekitar jam 11 malam, ketika mama dan Papa telah tidur, aku dan bude ratna masih nonton TV. bude ratna menggunakan kimono. Sesekali aku lihat paha mulusnya ketika kimononya tersingkap. Tapi tidak ada perasaan apa-apa. Karena telah biasa melihat seperti itu.



Tiba-tiba bude ratna bertanya sesuatu yang mengejutkan aku,”ngapain kamu tadi sore lama-lama berduaan ama mama kamu di kamar?” tanya bude ratna.


“Hayo, ngapain..?” tanya bude ratna lagi sambil tersenyum.


“Tidak ada apa-apa. Aku mijitin mama, kok…” jawabku.


“Kok lama amat. Sampe lebih dheri satu jam,” tanyanya lagi.


“Curigaan amat sih, bude?” kataku sambil tersenyum.


“bude cuma merasa aneh saja waktu bude denger ada suara-suara yang bagaimanaa gitu…” ujar bude ratna sambil tersenyum.


“Kayak suara yang lagi enak…” ujar bude ratna lagi.


“Udah ah.. Kok ngocehnya ngaco ah…” ujarku sambil bangun.


“Maaf dong, Roy. bude becanda kok…” ujar bude ratna.


“Kamu mau kemana?” tanya bude ratna.


“Mau tidur,” jawabku pendek.


“Temenein bude dong, Roy,” pinta bude.



Aku kembali duduk dikursi di samping bude ratna.



“Ada apa sih bude?” tanyaku.


“Tidak ada apa-apa kok. Hanya butuh temen ngobrol saja,” jawab bude ratna.


“Kamu telah mempunyai pacar, Roy?” tanya bude ratna.


“Belum bude. Kenapa?” aku balik bertanya.


“Kamu tuh ganteng, tinggi. Tapi kenapa belum mempunyai pacar?” tanya bude lagi.


“Banyak sih yang ngajak jalan, tapi aku tidak mau,” jawabku.


“Apa kamu pernah kissing dengan perempuan, Roy?” tanya bude ratna slow sambil wajahnya didekatkan ke wajahku.



Bibir kami hampir bersentuhan. Aku tak menjawab.



“Ni bude lagi horny kayaknya…” pikir aku.



Tanpa banyak kata, aku cium bibir bude ratna. bude ratnapun langsung membalas ciumanku dengan hebat. Permainan lidah dan sedotan bibir kami main mainkan.. Sementara tanganku segera masuk ke balik kimono bude ratna. Lalu masuk lagi ke dalam BH-nya. Lalu ku remas-remas toketnya dengan mesra sambil ujung jheri aku memainkan puting toketnya.



“Mmhh..”



Suara bude ratna mendesah tertahan karena kami masih tetap saling mencium. Tangan bude ratnapun tidak diam. Tangannya meremas kontolku dheri luar celana kolorku. Kontolku langsung tegang.



“Roy, pindah ke kamar bude, yuk?” pinta bude ratna.


“Iya bude…” jawabku. Lalu kami segera naik ke loteng ke kamar bude ratna.



Setiba di kamar, bude ratna dengan tak sabar segera melepas kimono dan BH serta CD-nya. Akupun segera melepas semua baju di tubuh aku.



“Ayo Roy, bude telah gak tahan…” ujar bude ratna sambil senyum, lalu merebahkan badannya di kasur.



Aku segera menindih tubuh telanjang bude ratna. Aku cium bibirnya, pindah ke pipi, leher, lalu turun ke toketnya. Aku jilat dan hjilat puting toket bude ratna sambil meremas toket yang satu lagi.



“Ohh.. Mmhh.. Royy.. Kamu pinter amat sih.. Mmhh…” desah bude ratna sambil tangannya memegang kepala aku.



Lalu lidahku turun lagi ke perut, lalu ketika mulai turun ke selangkangan, bude ratna segera melebarkan kakinya mengangkang. Memek bude ratna bersih tidak berbau. Bulunya cuma sedikit sehing nampak jelas belahan memeknya yang bagus. Aku segera jilati memek bude ratna terutama bagian kelentitnya.



“Ohh.. Sayang.. Enakkhh.. Mmhh.. Terus akung…” desah bude ratna sambil badannya menggelinjang membatalkan nikmat.



Tak berapa lama tiba-tiba bude ratna mengepitkan kedua pacuma menjepit kepalaku. Tangannya menekan kepalaku ke memeknya.



“Oh, Roy.. bude keluar.. Nikmat sekali.. Ohh…” desah bude ratna.



Aku bangun, mengusap mulut aku yang basah oleh air memek bude ratna, lalu aku tindih badannya dan kucium bibirnya. bude ratna langsung membalas ciumanku dengan mesra.



“Isep dong kontol Roy, bude…” pintaku.



bude ratna mengangguk sambil tersenyum. Lalu aku kangkangi wajah bude ratna dan ku sodorkan kontolku ke mulutnya. bude ratna langsung menghjilat dan menjilati kontolku dan mengocok dengan tangannya sambil memejamkan matanya. Sangat enak rasanya. Cara menghjilat dan menjilat kontolnya lebih pintar dheri mama.



“Udah bude, Roy udah pengen setubuhi bude…” kataku.



bude ratna melepaskan genggamannya, lalu aku arahkan kontol aku ke memeknya.



“Ayo, Roy.. bude telah tidak tahan…” bisik bude ratna.



Lalu, bless.. sleb.. sleb.. sleb.. Kontolku keluar masuk memek bude ratna.



“Roy kamu pinter menyenangkan perempuan. Kamu pandai memberikan kepuasan…” kata bude ditengah-tengah persetubuhan kami.


“Ah, biasa saja, bude…” ujarku sambil tersenyum lalu ku kecup bibirnya.



Selang beberapa lama, tiba-tiba bude ratna mempercepat gerakannya. Kedua tangannya erat mendekap tubuhku.



“Roy, terus setubuhi bude.. Mmhh.. Ohh.. bude mau keluar.. Ohh.. Ohh. Ohh…” desahnya.



Tak lama tubuhnya menggelinjang. Pacuma erat menjepit pinggulku. Sementara akau terus memompa kontolku di memeknya.



“Tente udah keluar, akung…” bisik bude ratna.


“Kamu hebat.. Kuat…” ujar bude ratna.


“Terus setubuhi bude, Roy.. Puaskan diri kamu…” ujarnya lagi.



Tak lama akupun mulai merasakan kalo aku akan segera klimak. Kupertcepat gerakanku.



“Roy mau keluar, bude…” kataku.


“Jangan keluarkan di dalam, akung…” pinta bude ratna.


“Cabut dulu…” ujar bude ratna.


“Sini bude isepin…” katanya lagi.



Aku cabut kontolku dheri memeknya, lalu aku arahkan ke mulutnya. bude ratna lalu menghjilat kontolku sambil mengocoknya. Tak lama, crott.. crott.. crott.. crott.. Air maniku keluar di dalam mulut bude ratna banyak sekali. Aku tekan kontolku lebih dalam ke dalam mulut bude ratna. bude ratna dengan tenang menelan air maniku sambil terus mengocok kontolku. Lalu dia menjilati kontolku untuk membersihkan sisa air mani di kontolku. Sangat nikmat rasanya besetubuh dengan bude ratna.



Aku segera berbaju. bude ratna juga segera mengenakan kimononya tanpa BH dan CD.



“Kamu hebat, Roy.. Kamu bisa memuaskan bude,” ujar bude ratna.


“Kalo bude butuh kamu lagi, kamu mau kan?” tanya bude sambil mendekap aku.


“Kapan saja bude mau, Roy pasti kasih,” kataku sambil mengecup bibirnya.


“Terima kasih, akung,” ujar bude ratna.


“Roy kembali ke kamar ya, bude? Mau tidur,” kataku.


“Iya, sana tidur,” katanya sambil meremas kontolku mesra. Kukecup bibirnya sekali lagi, lalu aku segera keluar.



Besoknya, setelah Papa bteriakkat ke kantor, mama duduk di sampingku waktu aku makan.



“Roy, semalam kamu ngapain di kamar bude ratna sampe subuh?” tanya mama mengejutkanku.



Aku terdiam tak bisa berkata apa-apa. Aku sangat takut dimarahi mama. Mama tersenyum. Sambil mencium pipiku, mama berkata,”Jangan sampai yang lain tahu ya, Roy. Mama akan jaga rahasia kasarin. Kamu suka bude kamu itu ya?” tanya mama. Plong rasanya perasaanku mendengarnya.



“Iya, Ma.. Roy suka bude ratna,” jawabku.


“Baiklah, mama akan pura-pura tidak tahu tentang kasarin…” ujar mama.


“Kasarin hati-hatilah…” ujar mama lagi.


“Kenapa mama tidak marah,” tanya aku.


“Karena mama pikir kamu telah dewasa. Bebas melakukan apapun asal mau tanggung jawab,” ujar mama.


“Terima kasih ya, Ma…” kataku.


“Roy akung mama,” kataku lagi.


“Roy, bude dan Papa kamu sgilag keluar.. Mau bantu mama gak?” tanya mama.


“Bantu apa, Ma?” aku balik tanya.


“Mama ingin…” ujar mama sambil mengusap kontolku.


“Roy akan lakukan apapun buat mama…” kataku. Mama tersenyum.


“Mama tunggu di kamar ya?” kata mama. Aku mengangguk..



Sejak detik itu hingga detik ini aku kawin dan mempunyai 2 anak, aku tetap bersetubuh dengan bude ratna kalau ada kesempatan. Walau telah agak berumur tapi kemengnafsukanan dan kemolekan tubuhnya masih tetap menherik. Baik itu di rumah bude ratna kalau tidak ada Om, di rumah aku sendiri, ataupun di panasel.

Sgilagkan dengan mama, aku telah mulai jarang menyetubuhinya atas permintaan mama sendiri dengan alasan tertentu tentunya. Dalam satu bulan cuma 2 kali. Itulah pengalaman kisah nyata aku. Aku tuliskan dengan sebenarnya

Ayah Tiri Sangat Buas

Maria. Itu namaku. Kedua orang tuaku meninggal karena kecelakaan ketika aku berusia 11 tahun. Saat itu, aku benar-benar sendirian. Rasa takut dan kesepian menyerang hati dan pikiranku. Yang paling menyedihkan adalah, aku sama sekali tidak pernah dikenalkan ataupun berjumpa dengan kerabat ayah maupun ibu. Aku tidak pernah bertanya. Selama ini aku hanya mengenal ayah dan ibu saja. Dan itu sudah lebih dari cukup bagiku. Kami bertiga sangat bahagia.

Aku tidak ingat, bagaimana aku bisa sampai di panti asuhan itu. Yayasan Bunda Erika, aku membacanya di sebuah papan nama di depan pintu masuk bangunan itu. Di sana, banyak anak-anak yang sebaya denganku. Kehadiran mereka membuatku setidaknya "lupa" akan kemalangan yang baru saja menimpaku. Tidak lamapun, aku merasa kalau aku telah menemukan rumah baru bagiku. Enam bulan pun berlalu.

Pada suatu hari yang cerah, mendadak kami dibangunkan oleh Bunda Risa, salah satu pengurus di tempat kami.
"Ayo bangun, cepat mandi, pakai pakaian terbaik kalian, setelah itu kalian harus berkumpul di aula. Kita akan kedatangan seseorang yang sangat istimewa", katanya sambil tersenyum hangat.
Dan aku pun bertanya, "Bunda, tamu istimewanya siapa sih? Artis ya?"
"Mungkin ya..", kata Bunda Risa sambil tertawa kecil.
"Karena dia adalah putra tunggal dari pemilik yayasan ini.."

Tak kusangka, pertemuanku dengan Erik Torian bisa mengubah hidupku, seluruhnya. Saat dia melewati barisan anak-anak yang lain, dia tiba-tiba berhenti tepat di depanku. Senyuman misterius menghiasi wajahnya. Dengan posisi membungkuk, dia mengamati wajahku dengan teliti. Temannya yang ikut bersamanya pun ikut memperhatikan diriku.

"Ada apa Torian? Apa kau kenal dengan anak ini?", tanyanya.
"Tidak", Erik masih memandangiku sambil memegang mukaku, seolah-olah aku tidak bernyawa.
"Sempurna" katanya dingin.
"Seperti boneka.."
Aku yakin sekali dia bergumam ["..boneka yang aku idam-idamkan"]
Lalu dia melepaskan wajahku dan langsung meninggalkanku begitu saja.

Sehari setelah kunjungan itu, Erik bersama temannya itu kembali mengunjungi yayasan, untuk mengadopsi diriku.
"Halo.. Maria" Erik melemparkan senyum yang berbeda dari kemarin.
"Mulai saat ini, aku-lah yang akan merawat dan mengurus Maria. Kamu tidak harus memanggil aku 'ayah' atau sebutan lainnya, panggil saja aku Erik."
Sambil mengalihkan pandangannya ke temannya, dia melanjutkan,"Nah.., ini adalah temanku, namanya Tomi."
Akupun menyunggingkan senyuman ke arah Tomi yang membalasku dengan senyuman hangat.

Aku sama sekali tidak percaya bahwa ternyata Erik tinggal sendirian di rumah megah seperti ini dan masih berusia 24 tahun saat itu. Diam-diam, aku kagum dengan penampilan Erik dan Tomi yang sangat menarik. Berada di tengah-tengah mereka saja sudah sangat membuatku special. Erik sangatlah baik padaku. Dia selalu membelikan baju-baju indah dan boneka porselain untuk dipajang dikamar tidurku. Dia sangat memanjakan aku. Tapi, dia juga bersikap disiplin. Aku tidak diperbolehkan untuk keluar rumah selain ke sekolah tanpa dirinya.

Empat bulan berlalu, rasa sayangku terhadap Erik mulai bertambah. Hari itu, aku mulai merasa bosan di rumah dan Erik belum pulang dari kantor. Aku pun menunggunya untuk pulang sambil bermain Play Station di kamarku. Tepat jam 10.30 malam, aku mendengar suara pintu di sebelah kamarku berbunyi.
"Erik sudah pulang!!", pikirku senang.

Aku pun berlari keluar kamar untuk menyambutnya. Tapi, di depan kamar Erik aku berhenti. Pintunya terbuka sedikit. Dan aku bisa tahu apa yang terjadi di dalam sana. Erik bersama seorang wanita yang sangat cantik, berambut panjang, kulitnya pun sempurna. Aku hanya bisa terdiam terpaku. Aku melihat Erik mulai menciumi bibir wanita itu dengan penuh nafsu. Tangannya meraba-raba dan meremas payudara wanita itu.

"Ohh..Erik"

Pelan-pelan, tangan Erik menyingkap rok wanita itu dan menari-nari di sekitar pinggul dan pahanya. Tak lama, Erik sudah habis melucuti pakaian wanita itu. Erik merebahkan wanita itu ke tempat tidur dan menindihnya, tangan Erik bermain-main dengan tubuh wanita itu, menciuminya dengan membabi buta, menciumi leher, menciumi payudara wanita itu sambil meremas-remasnya.

"Ohh..Eriik.." Aku mendengar desahan wanita itu.

Aku melihatnya. Aku tidak percaya bahwa aku menyaksikan itu semua. Tapi, aku tidak bergerak sedikit pun. Aku tidak bisa.

Erik pun membuka resleting celananya dan mengeluarkan 'senjata'nya, kedua kaki wanita itu dipegang dengan tangan Erik dan Erik segera menancapkan 'senjata'nya ke liang wanita yang sudah basah itu dengan sangat kasar. Wanita itu mengerang dengan keras. Tanpa sadar, pipiku sudah dibasahi oleh air mata. Hatiku terasa sakit dan ngilu. Tapi, aku tetap tidak bisa beranjak dari sana. Aku tetap melihat perbuatan Erik tanpa berkedip sambil berlinang air mata.

Erik masih melanjutkan permainannya bersama wanita cantik itu, dia menggerakkan pinggulnya maju dan mundur dengan sangat cepat. Teriakan kepuasan dari wanita itu pun membahana di seluruh ruangan. Sepuluh menit setelah itu, Erik terlihat kejang sesaat sambil mengerang tertahan. Erik pun menghela napas dan beristirahat sejenak, masih dalam rangkulan wanita itu. Permainan berakhir.

Tapi aku masih mematung di depan kamarnya, memperhatikan Erik dari sebelah pintu yang sedikit terbuka. Aku tidak mau bergerak juga, seolah-olah aku sengaja ingin ditemukan oleh Erik. Benar saja, aku melihat Erik berbenah memberesi bajunya dan bergerak menuju pintu. Dia membuka pintu dan melihat diriku mematung sambil menangis di sana. Dia memperhatikanku sejenak dan senyuman misterius itu hadir lagi.

Dia pun membungkukkan tubuhnya,
"Hey, tukang ngintip cilik. Aku nggak marah kok. Hanya saja, aku sudah mempersiapkan hukuman yang tepat untukmu. Tapi, tidak saat ini. Ayo, aku temani kamu sampai kamu tertidur. Kalau kamu capek, besok bolos saja."
Erik pun menggendongku yang masih terisak kekamar tidurku. Dan semalaman dia tidur sambil memelukku dengan hangat.
"Aku..aku..sayang Erik"
"Erik adalah milikku..hanya milikku seorang"
Pikiranku berputar-putar memikirkan hal itu. Tak lama, aku pun tertidur lelap.

Hari ini adalah ulang tahunku yang ke-14. Aku senang sekali, karena Erik telah mempersiapkan sebuah pesta ulang tahun untukku di sebuah hotel bintang 5. Ballroom hotel itu sangat indah, Erik mempersiapkannya secara spesial. Aku pun mengenakan gaun berwarna putih yang baru dibelikan Erik. Kata Erik, aku sangat cantik dengan baju itu, "Kamu cocok sekali dengan warna putih, sangat matching dengan warna kulitmu.. Dan lagi, sekarang.. kamu semakin cantik."

Teman-teman perempuanku juga berdecak kagum melihat penampilanku saat itu.
"Kamu cantik ya Maria? Beruntung sekali kamu punya ayah angkat seperti Erik.."
Kata Sara, teman baikku sambil tertawa meledek. Sara melirik ke arah Erik yang sedang duduk di meja pojok bersama Tomi.
"Hey Maria, Erik itu ganteng banget ya? Temennya juga.." ujar Sara sambil tertawa kecil.
Aku pun hanya bisa tertawa, aku pun menetujuinya. Akhir-akhir ini, kami memang jadi sering membicarakan soal cowok. Mungkin karena puber. Tak lama, Aryo temanku yang sepertinya suka denganku datang, sambil menyerahkan hadiah, dia mencium kedua pipiku. Tanpa sadar pipiku bersemu merah.

Setelah pesta usai, Erik mengajakku istirahat di kamar hotel. Aku lumayan capek, tapi aku senang. Dan setiba di kamar, aku memeluk Erik sambil mengucapkan terima kasih.
"Terima kasih Erik..aku sayang sekali sama Erik.."
Erik pun membalas pelukanku sejenak dan kemudian melepasnya, dan dia memegang kedua lenganku sambil memandangku dengan serius. Aku pun merasa heran dan sedikit takut.
"..Erik? Kenapa? Marah yaa? Aku..melakukan kesalahan apa?"

Tanpa banyak bicara, Erik menggeretku ke tempat tidur, mencopot dasinya dan menggunakannya untuk mengikat kedua tanganku dengan kencang. Aku memekik dan mulai menangis.
"Eriik!! Sakit!! Kenapa??!!"
Dia melihatku dengan pandangan marah. Kemudian berteriak,
"Kenapa??!! Kenapa katamu?! Kamu itu perempuan apa??!! Masih kecil sudah kenal laki-laki!! Sudah kuputuskan! Kamu harus di hukum atas perbuatanmu barusan dan perbuatanmu 2 tahun yang lalu!!"

Deg. Jantungku terasa berhenti mengingat kejadian itu.
"Erik marah..", pikirku.
Aku pun merasa ketakutan. Aku takut dibenci. Aku tidak mau kehilangan lagi orang yang kusayangi.
Tiba-tiba, Erik menarik gaunku dengan sangat kasar sehingga menjadi robek. Aku berteriak.
"Ini akibatnya kalau jadi perempuan genit!!"
Erik menariknya lagi untuk kedua kalinya, pakaian dalamku semakin terlihat. Celana dalamku juga akan dilepasnya.
"Erriik!! Jangaan!!", aku berteriak ketakutan.

Terlambat, aku sudah telanjang total. Hanya sisa-sisa gaunku-lah yang masih menyembunyikan bagian-bagian tubuhku sedikit. Erik melihatku dengan penuh nafsu. Nafasnya terdengar berat penuh dengan kemarahan dan birahi. Dia pun menahan tanganku yang terikat dan mendekatkan bibirnya ke bibirku.
"Aku harus menjadi orang pertama yang.."
Erik tidak menyelesaikan kata-katanya dan mulai melumat bibirku dengan sedikit kasar.
"Hmmphh.."
Untuk pertama kalinya aku merasakan ada getaran yang aneh pada tubuhku. Sensasi yang tidak pernah kurasakan sebelumnya.
Erik terus berlanjut menciumku, aku bisa merasakan lidahnya memijat lidahku. Aku pun mengikuti permainannya, sedikit takut, sedikit ingin tahu. Erik mulai meremas-remas payudaraku yang belum tumbuh seutuhnya.
"Ahh.."
Aku mulai menikmati getaran aneh pada diriku.
"Panas..badanku terasa panas..Erik.." pikirku dalam hati.
Erik melanjutkan ciumannya ke leher dan menggigitnya sedikit, remasan tangannya di payudaraku makin kuat.
"Ahh..!!" nafasku makin memburu.

Tiba-tiba Erik berhenti dan melihatku sambil tersenyum misterius.
"Hmm..kamu menyukainya bukan? Ya kan, setan cilik?"
Mukaku bersemu merah, tapi terlalu takut untuk berbicara, tubuhku bergetar hebat. Erik melepaskan kemejanya dan celananya, masih memandangiku. Aku terlalu malu untuk memandang wajahnya.
"Aku rasa, kamu sudah siap untuk permainan selanjutnya.."
Erik tertawa kecil, sedikit kemarahan masih tersisa pada dirinya. Erik kembali menciumiku, kali ini dia meremas payudaraku sambil menghisapnya.
"Hhh..!!"
"Tidak apa-apa..kalau Erik..tidak apa-apa." pikirku.

Aku memejamkan mataku erat-erat ketika Erik mulai memasukkan 'senjata'nya ke dalam diriku.
"Emm.." aku tidak berani bilang kalau aku merasa sakit.
Erik mulai tidak sabar, dan dia memasukkannya dengan kasar.
"Aaahh..!!"
Aku menjerit dan mulai menangis lagi. 'Senjata'nya sudah memasuki diriku seutuhnya dan sakit yang kurasakan itu sedikit aneh, ada kenikmatan di dalamnya. Aku mulai sedikit meronta sambil berteriak. Tapi Erik menahanku dengan kuat. Erik menciumi diriku yang bergetar hebat dengan sedikit paksa. Bosan dengan posisinya, Erik membalikkan posisi tubuhku menjadi telungkup.
"Erriik..!! tidaak!!" aku sangat malu melakukan posisi itu.

Tetapi Erik tidak peduli dan melanjutkan kembali permainannya. Setiap kali tubuh Erik menghentak, aku menjerit sekeras-kerasnya. Erik melakukan gerakan menghentak itu secara teratur, dan tiba-tiba aku merasakan getaran yang sangat hebat dalam diriku, aku merasakan 'liang'ku
menyempit karena otot-otot di tubuhku menjadi tegang. Aku pun berteriak lebih keras dari sebelumnya.

"Ohh..Maria."
Aku merasakan tangan Erik meremas pinggulku dengan kuat. Tubuh Erik mengejang, dan cairan deras pun mengalir dari 'liang'ku. Aku mendesah panjang. Tubuhku masih bergetar. Erik masih menindihku dan mulai menciumi punggungku.
"Hhhmm.. pilihanku memang selalu tepat", gumamnya.
Aku memilih untuk diam. Erik bergeser ke sampingku. Dia memandangiku yang masih berlinang air mata. Tersenyum Erik mengecup kepalaku sambil mengelusnya.
"Maria, kamu adalah milikku seorang.. tidak ada satupun yang boleh menyentuhmu tanpa seizin-ku."

Erik memeluk tubuhku yang kecil dengan erat.
"Ya Erik..aku adalah milikmu. Aku akan melakukan apa saja yang kau perintahkan, asal kau tidak membenciku." Aku masih terisak.
"Anak bodoh.. Aku tidak akan pernah membencimu Maria.."
Pelukan Erik semakin erat. Mukaku terasa panas. Dan aku segera membenamkan diriku ke dalam pelukan Erik.

Ternyata Adikku Ngeseknya Lebih Pintar Dari Aku

Namaku Ratih, umurku 21 tahun. Aku tinggal di sebuah kawasan perumahan di Yogyakarta. Aku sekarang sedang kuliah di sebuah universitas negeri terkenal. Asalku sendiri sebenarnya dari Surabaya. Orang tuaku cukup kaya sehingga semua kebutuhanku terpenuhi di sini. Adikku juga di sekolahkan di sini, di sebuah SMU Negeri terkenal di Yogyakarta. Jadi kami berdua mengontrak sebuah rumah, tidak terlalu besar tetapi cukup lengkap. Ada TV, mesin cuci, kulkas, motor untuk masing-masing, komputer dan sambungan internet, dan fasilitas lain yang cukup membuat hidupku tidak kekurangan suatu apapun. Adikku bernama Dody, kelas dua SMU. Anaknya besar, cenderung bongsor tapi nggak gemuk. Tingginya sekarang saja sudah hampir 175 cm. Tubuhnya tegap dan atletis. Sedang aku sendiri sekitar 165-167 cm, wajahku termasuk cantik (buktinya banyak sekali yang mengejar-ngejar aku), tubuhku agak kurus sedikit, tapi payudaraku tumbuh sempurna.

Sebenarnya aku hanya punya satu adik laki-laki dan satu kakak perempuan. Jadi kami sekeluarga ada 3 orang. Dody adalah anak pamanku yang meninggal sekeluarga dalam kecelakaan tragis, kecuali Dody ini yang saat itu masih berumur kurang dari dua bulan. Papa mengambilnya dan memeliharanya sejak kecil. Hanya aku dan kakakku yang tahu kalau dia ini sebenarnya adik angkat. Bahkan Dody sendiri sampai sekarang belum tahu bahwa dia ini adalah anak angkat. Keharuan kami sekeluarga atas nasibnya membuat nyaris tak pernah ada diskusi tentang masalah itu dan menganggapnya sebagai si bungsu.

Dody adalah saudara yang paling akrab denganku. Kadang-kadang kami bercandanya kelewatan, kalau dulu mama sering marah, karena dia sering mengunci pintu kamar mandi kalau aku sedang mandi, atau kami berduel seperti layaknya dua orang anak laki-laki. Berguling-guling di karpet sampai papa membentak keras karena acara nonton bolanya terganggu, dan kami digiring untuk tidur segera. Kamarku satu kamar dengannya, ketika itu Dody masih kecil. Ketika aku ke Yogyakarta untuk kuliah, Dody masih kelas tiga SMP. Ketika itu aku masih kost, dan mengontrak rumah, setahun kemudian Dody dikirim ke sini untuk sekolah SMA di sini. Karena dia pandai dan punya NEM tinggi, dia diterima di sebuah sekolah Negeri ternama di Yogyakarta. Papa menghadiahkan sebuah motor kepadanya.

Seiring dengan masa sekolahku di sini, aku kena juga yang namanya panah asmara. Yang kuincar adalah seorang cowok kakak angkatanku. Namanya panggilannya Pin-pin, agak lucu kedengarannya, tapi orangnya benar-benar sempurna. Tinggi (mungkin lebih tinggi dari Dody), badannya bagus banget, pintar sepertinya, dan dari cerita-cerita yang pernah kudengar, dia bukanlah seorang mata keranjang.

Singkat kata, aku berpacaran dengannya. Tapi seperti yang digariskan papa, aku tidak boleh begini tidak boleh begitu. Semuanya aku turuti. Untungnya Pin-pin ternyata memang benar-benar cowok yang sempurna, dia hanya berani mencium, meskipun di bibir, tapi tak pernah terus gerilya. Sampai setahun, aku dan Pin-pin terus langgeng saja, dan selama itu tidak ada yang berubah di dalam pengetahuan tentang seks-ku. Artinya aku betul-betul seorang cewek lugu dan polos. Nasihat papa ternyata baru aku tahu dikemudian hari, ternyata tidak mempan ke Dody. Bayangkan saja, dikemudian hari ada peristiwa yang membuatku memandang lain padanya. Pacarnya banyak sekali, dan ganti-ganti pula. Sering dia mencuri-curi waktu mengajak pacar-pacarnya ke rumah saat aku sedang kuliah. Padahal dia baru kelas 2 SMA.

Kejadiannya begini. Sore itu sekitar pukul 14.00 aku berangkat ke kampus untuk mengikuti tutorial, kali ini aku tidak memakai motorku sendiri tapi dijemput oleh Pin-pin, pakai Honda Tiger-nya. Dody baru bangun tidur, dan seperti biasa aku cium pipinya terus acak-acak rambutnya dan pamit.


"Berangkat dulu ya!"


"Hmm", wajahnya yang kusut baru bangun, menggeletak lemas di atas meja makan, matanya menatap layar TV, menetap Sarah sedang siaran.


"Mbak, bawa oleh-oleh ya!"


"Ya nanti tak bawain kucing! Ha.. ha.. ha", sambil berlari aku keluar rumah.


"Makan tuh kucing.."

Pin-pin sudah siap dengan motornya dan segera kami berangkat. Berhubung jarak antara rumah dan sekolah cukup jauh, maka aku berangkat setengah jam sebelum jam tutorial dimulai. Saat mau masuk ke halaman kampus, baru ingat aku lupa tidak membawa diktat temanku. Padahal besok mau dipakai ujian. Tanya sana-sini, kebetulan tutorialnya diundur satu jam lagi, padahal pula Pin-pin harus segera pulang. Akhirnya aku minta dianterin sampai rumah saja terus nanti ke sininya berangkat sendiri.

Sampai depan rumah, pintu tertutup, garasi pun demikian. Aku berusaha membukanya tetapi dikunci. Akhirnya aku buka pintu depan dengan kunciku sendiri. Aku bertanya-tanya apakah Dody keluar kok rumah dikunci begini. Aku segera masuk ke kamar. Aku heran kok pintu kamarku terbuka sedikit. Tanpa berpikir apa-apa aku segera membukanya dan mengambil buku dilaci meja. Ketika aku bergerak tanganku menyentuh monitor komputerku. Lagi-lagi aku heran, kok panas. Tapi sekali lagi karena buru-buru aku memasukkan diktat itu ke dalam tas dan ketika berbalik aku tertegun menyaksikan pemandangan di depanku.

Dody, bercelana pendek tanpa baju berjongkok di bawah cantolan jaketku, sementara di sebelahnya berjongkok meringkuk pula seorang cewek, yang sepertinya masih SMU atau malah SMP. Bahunya terbuka, dadanya ditutupinya dengan kaos biru milik di Dody, pahanya terbuka, dan karena posisi jongkoknya, aku melihat segaris lipatan selangkangannya yang masih belum ditumbuhi bulu terlihat berkilat basah membeliak terkena himpitan pahanya. Terlihat jelas, bahwa tanpa kaos biru itu dia telanjang bulat. Dody sendiri meskipun pakai celana pendek, tak sanggup menutupi tonjolan yang tampak mengeras di balik celana pendeknya itu, di ujungnya tampak noktah bening di kain celananya.

Keduanya berwajah panik karena tidak menyangka aku datang secepat itu. Aku terdiam beberapa saat seakan tak percaya adik kesayanganku bisa berlaku seperti itu. Aku saat itu pun tak tahu harus bagaimana bertindak, keduanya benar-benar seperti tikus di pojok ruangan dikepung oleh kucing. Aku melihat lagi ranjangku, baru sadar ada yang tidak beres. Biasanya aku selalu meninggalkan ranjang dalam keadaan rapi, tapi kali ini di permukaannya tampak kusut-kusut yang tampak sedikit lembab. Kali ini aku benar-benar marah.

"Kalian ngapain di kamarku?" aku berkata nyaris membentak.


Sepertinya kalimatku ini untuk Dody. Dody berdiri, dan menunduk. Sekilas aku melirik selangkangannya. Sepertinya dia masih belum reda, terlihat dari bentuk permukaan celananya yang tampak mencuat oleh sesuatu dari dalam. Sementara pacarnya seperti mau menangis, dia menangkupkan kedua tangannya ke wajahnya dan menempelkan lututnya.


"Belum.. ngapa-ngapain kok!"

Aku memegang telinganya dan menarik keluar keduanya dari dalam kamarku.


"Kamu bisa pulang sendiri tho, Dik!" aku berkata setengah membentak pada teman ceweknya itu. Dia sesenggukan berdiri dan setengah berlari masuk ke kamar Dody seperti sudah biasa saja dan sebentar kemudian keluar dengan memakai pakaian sekolah. Benar dia masih SMP, Dody akan bergerak menolong tapi melihat pandanganku dia berhenti dan menunduk. Ceweknya itu (di kemudian hari aku ketahui namanya adalah Chintya, murid sebuah SMP swasta), keluar dari pintu depan dan berlari di jalan depan rumah.

"Duduk!"


"Sudah berapa kali kamu melakukan itu?"


"Kamu udah begituan beneran?" dan berondongan pertanyaan lain yang seperti senapan mesin tak sanggup membuatnya menjawab. Dody, masih bertelanjang dada, duduk di depanku, menunduk dan beberapa saat kemudian tangisnya meledak. Saat itu aku tiba-tiba jatuh kasihan padanya. Meskipun bongsor, kalau pas begini ya keluar bungsu-nya.

Tiba-tiba yang teringat olehku, paman, tante, sepupu-sepupuku yang telah tiada. Ini cukup membuatku bangkit dari dudukku dan duduk di sebelah kirinya dan memeluknya erat. Semakin dipeluk, semakin keras tangisnya, aku mengelus-elus rambut dan bahunya. Dody sendiri memelukku sambil terasa di dadaku sesenggukannya tepat di tengah-tengah di antara payudaraku. Kaki kanannya terangkat diletakkan di atas pahaku, sehingga aku bisa merasakan batang kemaluannya. Agak lama dia sesenggukan itu, aku sesekali memberikan apa yang papa berikan padaku, dan yang tak kurasakan bahwa batangannya itu mengeras tepat segaris dengan pahaku. Dia masih berada di antara kedua payudaraku.

Lama baru aku sadari, apa yang terjadi. Anak ini, sama kakaknya sendiri berani begitu. Aku mendorongnya perlahan, supaya dia tidak tersinggung. Dan segera masuk kamar. Aku tidak berani ke atas ranjang, jangan-jangan di atasnya sudah ada noda-noda itu. Dan hanya duduk di atas kursi di depan komputer dan menyalakannya. Ketika sudah menyala, ketika sudah keluar windowsnya. Eh, tiba-tiba ada tampilan Mpeg, aku curiga dan sedikit iseng menggerakkan mouse-ku untuk mengklik tanda play.

Gambar pertama yang tampil sangat membuatku syok. Terlihat seorang bule sedang memegang batang kemaluannya. Dari ujungnya itu keluar sesuatu seperti cairan berwarna putih, jatuh ke lidah seorang cewek di depannya yang sedang menjulur-julurkan lidahnya. Dalam pikiranku pertama, bahwa itu adalah air pipis, dan seketika aku mual dan berlari masuk kamar mandi dan muntah. Selesai membersihkan diri aku kembali masuk kamar dan baru ingat aku belum mematikan komputer dan program itu, kali ini adegannya seorang pria bule sedang memasuk-masukkan batang kemaluannya ke liang kemaluan seorang cewek. Batang kemaluannya besar sekali. Ceweknya kelihatan kesakitan dalam pandanganku. Aku segera mematikan komputer dan menekan tombol eject CD ROM serta mengambil isinya keluar.


"Dody, ini VCD-mu!" aku melemparkan VCD itu sehingga jatuh di lantai.


Dody masih sesenggukan di sofa ruang tengah.

Jadilah sore hari itu aku tidak masuk tutorial, dan mencuci spreiku yang lembab dan basah itu. Peristiwa pertama itu sebulan dua bulan pertama memang masih membekas dengan kuat di ingatanku. Aku jadi jarang bermanja-manja sama adikku ini. Biasanya sambil nonton TV aku biasa tidur-tiduran di atas pahanya atau kalau dia nontonnya sambil tiduran tengkurap di karpet, aku menungganginya dan berpura-pura sedang naik perahu di atas punggungnya. Atau kadang-kadang dia dengan lembut tertidur di pangkuanku. Dody pun, jadi canggung mau berkata-kata kepadaku, biasanya kalau ada apa-apa selalu saja diceritakannya kepadaku.

Seiring dengan berlalunya waktu, aku mulai menganggap bahwa Dody sudah berubah dan aku mulai kembali seperti semula bersikap kepadanya. Demikian pula dia. Entah karena apa, aku mulai memasuki ruangan yang dinamakan seks itu. Ketika dicium Pin-pin kalau dulu biasa-biasa aja, sekarang mulai terasa perasaan lain seperti ingin dipeluk erat setiap kali dicium di bibir. Atau setiap kali membonceng naik motor, kalau dulu aku menempelkan dadaku ke punggungnya dengan cuek tanpa rasa apapun, sekarang sentuhan lembut saja dari jaketnya terasa ada rasa enak yang aneh. Apalagi ketika mandi, kalau dulu membersihkan dan menyabun area selangkanganku terasa biasa saja seperti halnya menyabun siku atau telapak tangan, sekarang sentuhan-sentuhan itu menimbulkan rasa lain bagiku.

Sebenarnya secara fisik dan seksual baru aku sadari adikku ini memang seksi. Kami mulai biasa berbincang-bincang terus terang seperti dulu lagi. Suatu ketika aku memergokinya sedang onani tapi dia tidak tahu kalau aku tahu. Dia melakukannya di kamar mandi belakang yang sebenarnya bukan kamar mandi tapi tempat cuci. Saat itu minggu pagi, aku jogging bersama teman-teman, saat balik suasana rumah kosong lagi. Bayangkanku Dody masih tidur, aku terus ke belakang untuk menjemur sepatu, saat lewat dekat tempat cuci aku melihat kepala Dody, wajahnya tampak serius sekali, sesekali menengadah.

Perlahan-lahan aku mendekatinya dan melihatnya dari balik rooster beton. Ketika tampak seluruh badannya, aku kembali tertegun, tapi kali ini bukan dengan amarah, tetapi dengan rasa ingin tahu yang semakin tinggi. Dari balik lubang roster beton aku melihat adegan yang tak terlupakan seumur hidupku, dan begitu terekam secara kuat dalam ingatanku sampai sekarang. Dody dalam posisi berdiri, pantatnya bersandar sebagian ke pinggiran bibir sumur.

Dia memakai kaos oblong dalam warna putih, bagian bawahnya terlipat ke atas sebagian sehingga menampakkan perutnya. Yang mencekamku tapi justru membuatku terpaku adalah pemandangan di bawahnya. Celana pendeknya merosot sampai dekat lutut, sebagian celana dalamnya masih menutupi pantatnya, tapi bagian depannya tertarik ke bawah sehingga menekan sebagian buah zakarnya ke atas. Tangan kirinya memegangi botol lotion (kalau nggak salah Sari Ayu, dan itu milikku!) dan menempel di paha kirinya. Sedangkan sebagai fokus adalah tangan kanannya membentuk genggaman seperti sedang memegang raket dan bergerak-gerak teratur mengurut-urut batang kemaluannya yang tampak berkilat. Tubuhnya sedikit membungkuk ke depan dan tampak dari tangan dan sebagian anggota tubuhnya yang lain yang tidak tertutupi oleh pakaian, seperti mengeras dan mengejang. Aku belum pernah membayangkan ada peristiwa seperti itu. Sebenarnya dari membaca aku sudah memiliki pengetahuan tentang seks umumnya dan organ-organ vital laki-laki khususnya. Tetapi menyaksikan sendiri semuanya memberi perasaan yang sulit terungkapkan.

Aku terdiam di balik roster itu dan menyaksikan adikku sendiri sedang melakukan itu. Lagi pula tak pernah terbayangkan kemaluannya itu yang dulu waktu masih kecil begitu lucu sekarang bisa sebesar itu. Pokoknya perasaanku saat itu betul-betul campur aduk tak karuan. Kali ini tiba-tiba aku melihatnya sebagai laki-laki dewasa yang tampak sedang terengah-engah. Gerakan mengurutnya tampak semakin cepat, kulit penisnya yang tampak coklat tua bersemu merah ikut tertarik-tarik seiring gerakan mengurutnya. Kepala penisnya yang tampak seperti jamur merang tampak mengkilat lucu. Sesekali dia menambahkan lotion-ku ke tangan kanannya dan meratakannya di tangan dan terus bergerak mengurut (di kemudian hari baru aku ketahui kalau gerakan itu diistilahkan mengocok, padahal kan sebenarnya itu gerakan mengurut).

Wajah Dody tampak tidak seperti Dody yang kukenal, yang masih tampak imut-imut meskipun secara fisik dia bener-benar sudah dewasa. Tubuhnya berkeringat sebagian terlihat di leher, dahi dan tangannya. Sesekali dia menengadahkan kepalanya. Nafasnya tertahan-tahan terdengar sampai di tempatku berdiri. Semakin cepat dan semakin cepat.

Tak berapa lama kemudian gerakannya melambat beberapa saat dibarengi oleh suaranya yang terdengar seperti mengerang atau mendesah. Tubuhnya menekuk ke depan sehingga nyaris mendekatkan pusarnya ke ujung penisnya. Gerakan tangan kanannya kemudian tiba-tiba bergerak dengan cepat sekali dan sekian detik kemudian aku menyaksikan dari ujung penisnya keluar cairan berwarna putih atau sedikit kekuningan yang menyemprot-nyemprot seperti orang meludah tapi banyak sekali dan berjatuhan kelantai cuci. Otot di tangannya tampak mengeras, begitu juga pantat di balik celana dalamnya tampak mengejang sehingga terlihat dari samping seperti memanpat ke dalam. Aku sendiri tiba-tiba merasakan getaran-getaran aneh di tengkuk, perut maupun area selangkanganku setelah menyaksikan adikku sedang meregang di sana. Itu cukup membuatku terdiam dan baru tersadar ketika Dody bergerak dan sepertinya akan masuk rumah. Aku tiba-tiba panik dan tiba-tiba saja bergerak ke dalam rumah dan masuk kamar, menutup pintu perlahan terus rebahan di ranjang, tengkurap.

Ibuku Sangat Menyukai Persetubuhanku Denggannya

Sekarang aku kuliah di salah satu PTS terkenal di Bandung, dan tinggal di rumah di kawasan sejuk dan elite di kawasan Bandung utara dengan ibu, adik dan pembatuku. Sejak SMA aku dan adikku tinggal bersama nenekku di Bandung, sementara ibu dan ayahku tinggal di Surabaya karena memang ayah mempunyai perusahaan besar di wilayah Jawa Timur, dan sejak nenek meninggal ibu kemudian tinggal lagi bersama kami, sedangkan ayah hanya pulang sebulan atau dua bulan sekali seperti biasanya sebelum nenekku meninggal. Sebenarnya kami diajak ibu dan ayahku untuk tinggal di Surabaya, namun adik dan aku tidak mau meninggalkan Bandung karena kami sangat suka tinggal di tempat kami lahir.

Saat itu aku baru lulus SMA dan sedang menunggu pengumuman hasil UMPTN di Bandung, dan karena sehari-hari tidak ada kerjaan, ibu yang saat itu sudah tinggal bersama kami, meminta aku untuk selalu menjemputnya dari tempat aerobik dan senam setiap malam. Ibuku memang pandai sekali merawat tubuhnya dengan senam/aerobik dan renang, sehingga walaupun usianya hampir 39 tahun, ibuku masih terlihat seperti wanita 27 tahunan dengan tubuh yang indah dengan kulit putih mulus dan dada yang masih terlihat padat dan berisi walaupun di wajahnya sudah terlihat sedikit kerutan, tetapi akan hilang bila ibu berdandan hingga kemudian terlihat seperti wanita 27 tahunan. Aku mulai memperhatikan ibuku karena setiap aku jemput dari tempat senamnya ibuku tidak mengganti pakaian senamnya dulu setelah selesai dan langsung pulang bersamaku, dan baru mandi dan berganti pakaian setelah kami sampai di rumah. Karena setiap hari melihat ibuku dengan dandanan seksinya, otak ku mulai membayangkan hal-hal aneh tentang tubuh ibuku. Bagaimana tidak, aku melihat ibuku yang selalu memakai pakaian senam ketat dengan payudara yang indah menonjol dan pantat yang masih padat berisi.

Suatu hari, saat aku telat menjemput ibuku di tempat senamnya, aku tidak menemukan ibuku di tempat biasanya dia senam, dan setelah aku tanyakan kepada teman ibuku, dia bilang ibuku sedang di sauna dan bilang agar aku menunggu di tempat sauna yang tidak jauh dari ruangan senam. Aku pun beegegas menuju ruangan sauna karana aku tidak mau ibuku menunggu terlalu lama. Saat sampai di sana, wow.. aku melihat ibuku baru keluar dari ruangan hanya dengan memakai handuk yang hanya menutupi sedikit tubuhnya dengan melilitkan handuk yang menutupi dada perut dan sedkit pahanya, sehingga paha ibu yang mulus dan seksi itu terlihat dengan jelas olehku. Aku hanya terdiam dan menelan ludah saat ibuku menghanmpiriku dan bilang agar aku menunggu sebentar. Kemudian ibuku membalikkan tubuhnya dan kemudian terlihatlah goyangan pinggul ibuku saat dia berjalan menuju ruangan ganti pakaian. Tanpa sadar krmaluanku mengeras saat kejadian tadi berlangsung. Aku berani bertaruh pasti semua laki-laki akan terpesona dan terangsang saat melihat ibuku dengan hanya memakai handuk yang dililitkan di tubuhnya.

Di dalam perjalanan, aku hanya diam dan sesekali melirik ibuku yang duduk di sampingku, dan aku melihat dengan jelas goyangan payudara ibuku saat mobil bergetar bila sedang melalui jalan yang bergelombang atau polisi tidur. Ibuku berpakaian biasa dengan kaos oblong yang agak ketat dan celana panjang ketat, dan setiap aku melirik ke paha ibu terbayang lagi saat aku melihat paha ibuku yang putih mulus tadi di tempat sauna. "Bob.. kok kamu diem aja, dan kenapa celana kamu sayang?" tanya ibuku mengagetkan aku yang agak melamun membayangkan tubuh ibuku. "Enggak Mi.. enggak," jawabku gugup. Kami pun sampai di rumah agak malam karena aku telat menjemput ibuku. Sesampainya di rumah, ibu langsung masuk ke kamarnya dan sebelum dia masuk ke kamarnya, ibu mencium pipiku dan bilang selamat malam. Kemudian dia masuk ke kamarnya dan tidur.

Malam itu aku tidak bisa tidur membayangkan tubuh ibuku, gila pikirku dalam hati dia ibuku, tapi.. akh.. masa bodoh pikirku lagi. Aku mencoba onani untuk "menidurkan burung"-ku yang berontak minta masuk ke sarang nya. Gila pikirku lagi. Mau mencari cewek malam sih bisa saja, tapi saat itu aku menginginkan ibuku. Perlahan-lahan aku keluar kamar dan berjalan menuju kamar ibuku di lantai bawah. Adik perempuanku dan pembantuku sudah tidur, karena saat itu jam satu malam. Otakku sudah mengatakan aku harus merasakan tubuh ibuku, nafsuku sudah puncak saat aku berdiri di depan pintu kamar ibuku. Kuputar kenop pintu nya, aku melihat ibuku tidur terlentang sangat menantang. Ibuku tidur hanya menggunakan kaos oblong dan celana pendek yang longgar. Aku berjalan mendekati ibuku yang tidur nyenyak, aku diam sesaat di sebelah ranjangnya dan memperhatikan ibuku yang tidur dengan posisi menantang. Kemaluanku sudah sangat keras dan meronta ingin keluar dari celana pendek yang kupakai.

Dengan gemetar aku naik ke ranjang ibu, dan mencoba membelai paha ibuku yang putih mulus dan sangat seksi, dengan tangan bergetar aku membelai dan menelusuri paha ibuku dan terus naik ke atas. Kemaluanku sudah sangat keras dan terasa sakit karena batang kemaluanku terjepit oleh celanaku. Aku kemudian membuka celanaku dan keluarlah "burung perkasa"-ku yang sudah sangat keras. Aku kemudian mencoba mencium leher dan bibir ibuku. Aku mencoba meremas payudara ibuku yang besar dan montok, aku rememas payudara ibu dengan perlahan. Takut kalau ia bangun, tapi karena nafsuku sudah puncak aku tidak mengontrol remasan tanganku ke payudara ibuku. Aku kemudian mengocok batang kemaluanku sambil meremas payudara ibu, dan karena remasanku yang terlalu bernafsu ibu terbangun, "Bobi.. kamu.. apa yang kamu lakukan, aku ibumu sayang.." sahut ibuku dengan suara pelan aku kaget setengah mati, tapi anehnya batang kemaluan masih keras dan tidak lemas. Aku takut dan malah makin nekat, terlanjur pikirku, aku langsung mencium leher ibuku dengan bernafsu sambil terus meremas payudara ibuku. Dalam pikiranku hanya ada dua kemungkinan, menyetubuhi ibuku kemudian aku kabur atau dia membunuhku. "Cukup Bobi.. hentikan sayang.. akh.." kata ibuku. Tapi yang membuatku aneh ibu tidak sama sekali menolak dan berontak. Malah ibu membiarkan bibirnya kucium dengan bebas dan malah mendesah saat kuhisap leher dan di belakang telinganya, dan aku merasa burungku yang dari tadi sudah keras seperti ada yang menekannya, dan ternyata itu adalah paha ibuku yang mulus.

"Sayang kalau kamu mau.. bilang aja terus terang.. Mami mau kok.." kata ibuku di antara desahannya. Aku kaget setengah mati, berarti ibuku sangat suka aku perlakukan seperti ini. Aku kemudian melepaskan ciumanku di lehernya dan kemudian berlutut di sebelah ibuku yang masih berbaring. Batang kemaluanku sudah sangat keras dan ternyata ibu sangat suka dengan ukuran batang kemaluanku, ibu tersenyum bangga melihat batang kemaluanku yang sudah maksimal kerasnya. Ukuran batang kemaluanku 15 cm dengan diameter kira-kira 4 cm. Aku masih dengan gemas meremas payudara ibu yang montok dan masih terasa padat. Aku membuka kaos yang ibu pakai dan kemudian sambil meremas payudara ibu aku berusaha membuka bra yang ibu pakai, dan satelah bra yang ibuku kenakan terlepas, kulihat payudara ibu yang besar dan masih kencang untuk wanita seumurnya. Dengan ganas kuremas payudara ibu, sedangkan ibu hanya mendesah keenakan dan menjerit kecil saat kugigit kecil puting payudara ibu. Kuhisap puting payudara ibu dengan kuat seperti ketika aku masih bayi. Aku menghisap payudara ibu sambil kuremas-remas hingga puting payudara ibu agak memerah karena kuhisap.

Payudara ibuku masih sangat enak untuk diremas karena ukurannya yang besar dan masih kencang dan padat. "Bob kamu dulu juga ngisep susu ibu juga kaya gini.." kata ibuku sambil dia merem-melek karena keenakan puting susunya kuhisap dan memainkannya dengan lidahku. Ibu menaikkan pinggulnya saat kutarik celana pendeknya. Aku melihat CD yang ibu kenakan sudah basah. Aku kemudian mencium CD ibuku tepat di atas kemaluan ibu dan meremasnya. Dengan cepat kutarik CD ibu dan melemparkannya ke sisi ranjang, dan terlihatlah olehku pemandangan yang sangat indah. Lubang kemaluan ibuku ditumbuhi bulu halus yang tidak terlalu lebat, hingga garis lubang kemaluan ibuku terlihat. Kubuka paha ibuku lebar, aku tidak kuasa melihat pemandangan indah itu dan dengan naluri laki-laki kucium dan kuhisap lubang dimana aku lahir 18 tahun lalu. Kujilat kliteris ibuku yang membuat ibuku bergetar dan mendesah dengan kuat. Lidahku bermain di lubang senggama ibuku, dan ibuku malah menekan kepalaku dengan tangannya agar aku makin tenggelam di dalam selangkangannya.

Cairan lubang kemaluan ibu kuhisap dan kujilat yang membuat ibuku makin tak tahan dengan perlakuanku, dia mengelinjang hebat, bergetar dan kemudian mengejang sambil menengadah dan berteriak. Aku merasakan ada cairan kental yang keluar dari dalam lubang kemaluan ibu, dan aku tahu ibu baru orgasme. Kuhisap semua cairan lubang kemaluan ibuku hingga kering. Ibu terlihat sangat lelah. Aku kemudian bangun dan dengan suara pelan karena kelelahan ibu bilang, "Sayang sini Mami isep kontolmu," dan tanpa di komando dua kali aku kemudian duduk di sebalah wajah ibuku, dan kemudian dengan perlahan mulut ibuku mendekat ke burungku yang sudah sangat keras. Ibuku membelai batang kemaluanku tapi dia tidak memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya. Padahal jarak antara mulut ibuku dengan batang kemaluanku hanya tinggal beberapa centi saja. Aku sudah tidak tahan lagi dan kemudian kudorong kepala ibuku dan dengan leluasa batang kemaluanku masuk ke mulut ibu. dengan cepat dan liar ibuku mengocok batang kemaluanku di dalam mulutnya. Aku sudah tidak tahan lagi, kenikmatan yang kurasakan sangat luar biasa dan tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata, dan akhirnya aku sudah tidak tahan lagi dan.. "Cret.. cret.. crett.." maniku kusemprotlkan di dalam mulut ibuku.

Ibu kemudian memuntahkannya dan hanya yang sedikiti dia telan, dan masih dengan liar ibuku membersihkan batang kemaluanku dari sisa-sisa air maniku yang menetes di batang kejantananku. Ibuku tersenyum dan kemudian kembali berbaring sambil membuka pahanya lebar-lebar. Ibuku tersenyum saat melihat batang kemaluanku yang masih dengan gagahnya berdiri, dan seperti sudah tidak sabar untuk masuk ke dalam sarangnya yang hangat. Aku kemudian mengambil posisi di antara kedua paha ibuku, batang kemaluanku terasa berdenyut saat ibu dengan lembut membelai dan meremas batang kemaluanku yang sudah sangat keras. Dengan tangan yang bergetar kuusap permukaan lubang kemaluan ibuku yang dipenuhi bulu-bulu halus dan sisa cairan lubang kemaluan yang kuhisap tadi masih membasahi bibir lubang kemaluan ibuku yang terlihat sangat hangat dan menantang. "Ayo dong Sayang, kamu kan tahu dimana tempatnya.." kata ibuku pasrah, kemudian tangannya menuntun batang kemaluanku untuk masuk ke dalam lubang kemaluannya. Tanganku bergetar dan batang kemaluanku terasa makin berdenyut saat kepala batang kemaluanku menyentuh bibir lubang kemaluan ibu yang sudah basah, dan dengan perasaan yang campur aduk, kudorong pinggulku ke depan dan masuklah batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluan ibu yang sudah agak membuka, dan tenggelam sudah batang kemaluanku ke dalam liang senggama milik ibuku.

Aku merasakan sensasi yang sangat dasyat saat dinding lubang kemaluan ibu seperti memijat batang kemaluanku, gila meski aku pernah ML dengan anak ABG, lubang kemaluan ibuku terasa sangat nikmat dan luar biasa di banding dengan yang lainnya. Aku menggoyang pinggulku naik-turun diimbangi dengan goyangan pinggul ibuku yang sangat dasyat dan liar. Kami kemudian berganti posisi dengan ibu berada di atasku hingga ia dapat menduduki batang kemaluanku, dan terasa sekali kenikmatan yang ibu berikan kepadaku. Goyangan yang cepat dan liar dan gerakan tubuh yang naik turun membuat tubuhku hanyut ke dalam kenikmatan seks yang kurasakan sangat dasyat. Tibalah saat ibuku orgasme, goyangannya makin cepat dan desahannya semakin tidak karuan, aku dengan nikmat merasakannya sambil kuhisap dan meremas pauyudara ibu yang bergoyang seirama dengan naik-turunnya tubuh ibuku menghabisi aku. Ibu mengerang dan mengejang saat kurasakan ada cairan hangat yang membasahi batang kejantananku yang masih tertanam di dalam lubang kemaluan ibuku.

Beberapa saat setelah ibu terkulai lemas aku merasakan bahwa aku akan mencapai puncak, dan dengan goyangan dan tusukan yang menghujam lubang kemaluan ibuku, "Cret.. crett.. cret.." air maniku menghambur di dalam lubang kemaluan ibuku. Aku merasakan nikmat yang tidak dapat kukatakan. Saat aku masih menikmati sisa-sisa kemikmatan itu, ibu mencium bibirku dan berkata, "Sayang.. Mami lupa kalo Mami enggak pake kontrasepsi. Tadi Mami mau bilang kalo kamu orgasme biar di mulut Mami aja.. tapi Mami kagok.." Aku hanya terdiam dan malah mencium bibir ibuku yang masih menindih tubuhku dengan mesra. Kemudian ibuku berbaring di sampingku, aku memeluk dia dan kami berciuman dengan mesra seperti sepasang kekasih. Kami pun tertidur karena pertempuran yang sangat melelahkan itu.

Pagi harinya saat aku bangun ibuku sudah tidak ada di sebelahku, dan kemudian aku berpakaian dan menuju dapur mencari ibuku, dan kulihat ibuku tengah menyiapkan sarapan bersama adikku yang masih SMP. Aku bingung dan segan karena ibuku seakan-akan malam tadi tidak terjadi apa-apa di antara kami, padahal aku telah menyetubuhi ibu kandungku sendiri tadi malam. Seperti biasanya, aku menjemput ibuku dari tempat dia senam, dan saat perjalanan pulang kami mengobrol tentang persetubuhan kami tadi malam dan kami berjanji hanya kami yang mengetahui kajadian itu. Tiba-tiba saat mobil kami sedang berada di jalan yang sepi dan agak gelap, ibuku menyuruhku menghentikan mobil, aku menurut saja. Setelah mobil di pinggirkan, dengan ganas ibuku mengulumku. Kemudian membuka celanaku dan menghisap batang kemaluanku yang sudah keras saat ibuku mengulum bibirku tadi. Aku hanya terengah-engah merasakan batang kemaluanku dihisap oleh ibuku sambil mengocoknya, dan beberapa saat kemudian.. "Cret.. cret.. crett.." maniku menyembur di dalam mulut ibuku dan dia menelan habis maniku walaupun ada sedikit yang meleler keluar. Ibuku kemudian membersihkan sisa maniku yang menetes di tangannya dan batang kemaluannku. Tak kusangka ibuku kembali menelan calon-calon cucunya ke dalam perutnya. Tapi aku sih asyik-asyik saja ibuku mau menghisap batang kemaluanku saat kami masih di dalam mobil.

Kami berciuman dan melanjutkan perjalanan pulang dan kemudian tidur seranjang dan "bermain" lagi. Kami berdua terus melakukannya tanpa sepengetahuan orang lain. Sejak persetubuhan kami yang pertama, sebulan kemudian ibuku merasa dia hamil, dan ibu bilang bahwa sebelum bersetubuh denganku, ibu sudah lebih dari 3 bulan tidak bersetubuh dengan ayahku, karena memang ayahku terlalu sibuk dengan perusahaan, dan hotel-hotelnya. Ibuku bilang ibu hamil olehku karena selain dengan ayahku dan aku, ibu belum pernah berhubungan seks dengan lelaki lain. Ibu menggugurkan kandungannya karena dia tidak mau punya bayi dari aku, aku pun tidak mau mempunyai bayi dari rahim ibuku. Tapi kami masih terus melakukannya lagi dan selalu tidur bersama bila adik dan pembantuku sudah tidur.

Aku Puaskan Ibu Kandungku

Kehidupan malam baru saja berangkat menanjak gulita. Suasana desa Baturan terasa lenggang. Angin berembus menyelusup celah-celah rumah Ibu Norma yang hanya ditemani anak lelaki semata wayangnya. Pikirannya gelisah menanti pagi. Pagi yang kelam sekelam mimpinya kemarin malam. Suami yang sangat dicintainya, yang telah menghidupinya dengan segala kemewahan dunia dan kemanjaan birahi, terkena skandal "Desa Gate".

Kasus korupsi penyalahgunaan subsidi kesejahteraan masyarakat desa. Sebagai kepala desa, suami ibu Norma bertanggung jawab atas lancarnya dana tersebut di terima masyarakat prasejahtera. Rupanya nasib menentukan lain. Masyarakat sekarang mulai kritis dan penegakkan hukum sangat diperhatikan aparat pemerintah. Masyarakat sangat antipati melihat kebobrokan aparat desanya. Maka dijebloskanlah suami ibu Norma ke penjara. Segala perbuatannya selama sekian tahun diam-diam diintip oleh aparat pemerintah yang bernaung dalam badan yang bernama PKKN "Pemberantas Korupsi Kolusi dan Nepotisme". Bukti-bukti yang telah dikumpulkan, meja pengadilan telah siap membeberkan dalil-dalil pembenaran atas kasus suami ibu Norma. Bila terbukti hukumnya MATI.

Dengan berdandan seadanya dan pikiran yang masih gundah. Ibu Norma melangkah masuk menemui suaminya. Penjagaan sangat ketat. Empat orang polisi mendampingi percakapan ibu Norma dan suaminya. Ibu Norma menjauh memandangi jendela yang terkurung besi kokoh. Saat suaminya berusaha membuka percakapan dengan anaknya.
"Bapak kapan pulang" dengan tatapan lugu anaknya bertanya pada bapaknya. Deg jantungnya serasa disetrum berpuluh-puluh watt listrik tegangan tinggi. Jantungnya serasa hangus dan jiwanya serasa terbang mendengar pertanyaan anaknya. Tidak tahukah anaknya, besok bapaknya akan dihukum mati. Vonis sudah keluar, segala banding sudah tidak berguna. Masyarakat dan pemerintah begitu bersatu menentang segala bentuk ketidaksenonohan oknum pemerintah.

Ibu Norma segera merangkul anaknya seraya melangkah keluar. Besok pukul 12.00 siang eksekusi mati atas diri suami ibu Norma akan dijalankan. Permintaan terakhir suaminya, meminta persetubuhan dengan istrinya. Didalam ruang yang tertutup dengan lampu yang temaram, ibu Norma dan suaminya bugil saling menatap tubuh satu persatu. Dirabanya dada suaminya yang bidang. Suaminya memagut bibir ibu Norma dan meremas buah dadanya yang masih kencang. Dihisapnya puting susu ibu Norma.
"Ahh.." desahan napas ibu Norma memantul setiap dinding ruang 3x4 tersebut. Desiran darah dan birahinya memuncak, menghilangkan kekalutan pikirannya. Puting susu ibu Norma mengeras pertanda birahinya memuncak. Kemaluan suaminya menegang siap memasuki vagina ibu Norma yang telah sekian lama tidak tersentuh senjata tumpul. Dalam kondisi masih berdiri, BLESS.. sedikit kesat kemaluan suaminya menerobos dinding vaginanya.
"Ahh.. trus pak..ahh..masukkan yang dalam..ahh.." dengan suara sedikit serak mengandung birahi, ibu Norma sangat menikmati vaginanya diterjang dan dimaju mundurkan oleh suaminya.

Dinding-dinding vaginanya mencengkeram batang kemaluan suaminya. BLEP..BLEPP..SRETT..SRETT.. bunyi kemaluan dan vagina yang sangat klasik. Dinding-dinding vaginanya sedikit demi sedikit mengeluarkan cairan pertanda kepuasan duniawai telah direngkuh. Matanya memejam merasakan sensasi yang luar biasa. Otot-otot vagina mulai mengendur dan cairannya membahasi lubang vaginanya. Suaminya semakin cepat memainkan kemaluannya. Maju mundur maju mundur, pantatnya bergoyang.
"Ahh..aku mau keluar.. bu.." semakin keras goyangan badan suaminya. Desiran nafsu birahi ibu Norma kembali memuncak. Otot-otot vagina ibu Norma mulai berkedut-kedut mencekram lebih kuat kemaluan suaminya.
"Ahh..keluar pak..keluar sama-sama.. ahh.." Crot-crort..crroott.. semburan sperma suaminya bercampur dengan cairan ibu Norma, Banjir! Lubang vaginanya basah oleh cairannya dan sperma suaminya. Satu dua menetes sperma suaminya keluar dari celah-celah lubang vaginanya. Dirangkulnya suaminya, seraya menangis.

Enam bulan telah berlalu. Kematian suaminya masih menyisakan kesedihan yang mendalam. Rumah yang jauh dari keramaian serta hanya ditemani oleh anak semata wayangnya, benar-benar membuat stress pikiran ibu Norma. Pikirannya kembali menerawang saat ibu dan anak tersebut menonton TV. Ibu Norma membayangkan saat-saat percintaannya dengan suaminya. Begitu romantis dan indahnya hidup saat itu. Airmatanya tak kuasa menerobos celah-celah kelopak matanya.
"Ibu, jangan menangis ya.." dengan lugu, seorang anak berumur delapan tahun menghapus airmatanya.
"Tidak, nak.. Ibu hanya kangen dengan bapakmu" matanya sembab memandang anaknya. Diusapnya rambut anaknya dengan kasih sayang. Diciumnya rambut anaknya, pipi dan bibir anaknya. Anak kecil yang lugu itu membalas ciuman ibunya dengan kasih sayang. Ibu Norma seperti menemukan gairah hidup, semangat membara.

Desiran darahnya perlahan-lahan berusaha naik, menguasai saraf-saraf birahinya. Ibu Norma benar-benar terlena dengan keadaan itu. Dilumatnya bibir anaknya dengan sedikit nakal. Seolah-olah roh suaminya masuk kedalam raga anaknya. Anak kecil berumur delapan tahun, pandai memberikan rangsangan birahi kepada ibunya. Diremasnya susu ibu yang masih terbalut pakaian. Satu persatu dibukanya kancing pakaian ibunya. Ibu Norma membiarkan kenakalan tangan anaknya. Pikirannya berkecamuk antara dua sisi black and white.

Antara birahi dan sayang bedanya sangat tipis. Saat sekujur tubuh telah dirasuki saraf-saraf nakal birahi, saat itulah nafsu akan muncul. Lumatan bibir kedua anak manusia yang dibatasi oleh status hidup, Ibu dan Anak makin menjadi-jadi. Ibu Norma begitu agresif melumat bibir anaknya. Dengan pakaian yang telah terbuka dan susu yang menggantung, ibu Norma membuat kemaluan anaknya menjadi keras. Perlahan-lahan dibukanya celana pendek anaknya. Kemaluan kecil tersebut tidak malu-malu lagi mendongak ke atas. Sepertinya kemaluan kecil tersebut masih bingung menunggu intruksi dari ibunya. Dengan lembut tangan ibu Norma meremas kemaluan kecil anaknya.

Berkali-kali diusapnya ujung kemaluan anaknya. Terlihat mata si kecil merem melek merasakan sensasi yang sangat luar biasa dan pertama baginya. Dengan tanpa disangka-sangka, ibu Norma melepaskan pagutan-pagutan dibibir anaknya. Bibirnya kemudian mencium kemaluan anaknya. Dari ujung kemaluan kecil tersebut hingga kedua pentol anaknya dilumatnya tanpa sisa. Dikulumnya kemaluan tersebut, dihisapnya dengan perlahan-lahan, maju-mundur kepala ibu Norma memasukkan kemaluan anaknya hingga memenuhi rongga-rongga mulutnya.

Birahi ibu Norma meledek-ledak membakar setiap sendi-sendi tubuhnya. Menjalar dari atas menyelusupi setiap tubuhnya hingga memuncak, membuatnya kehilangan daya pikir. Dilepasnya seluruh pakaiannya hingga tubuhnya polos tanpa ditutupi sehelai benang pun. Kedua susunya menggantung bebas menantang seakan ingin memamerkan kepada anaknya. Jamah diri ibumu sayang, reguk setiap tubuhku, nikmati nikmati kenikmatan duniawi ini bersama ibu. Seakan mengerti atau naluri purbanya menuntun, sikecil segera menghisap puting ibunya. Srep srep bunyi hisapan mulut anaknya menghisap susu ibunya. Hisapan yang berbeda saat sikecil menyusui mencari air susu ibunya.

Hisapan tersebut membuat sekujur tubuh ibu Norma meregang menahan geli. Begitu tidak tahan birahinya. Dengan perlahan ibu Norma merebahkan badannya di sofa merah tersebut. Kedua pahanya terbuka menantang, mempertontonkan lebatnya bulu-bulu kemaluannya. Berkedut-kedut vagina ibu Norma pertanda birahinya begitu memuncak. Dituntunnya kemaluan anaknya memasuki lubang vaginanya. B l e s.. tiada kata-kata yang dapat diucapkan, hanya erangan napas birahi ibu Norma dan bunyi paha keduanya beradu menimbulkan bunyi persetubuhan yang khas. Mata anaknya sedikit terpejam merasakan sensasi pertama baginya. Otot-otot kemaluannya sedikit memerah, menampakkan goresan.

"Ah ah ah" dari mulut anak kecilnya terdengar sembari menggoyangkan badannya. Maju dan mundur.
"Trus trus sayang.. ah.. ohh.." Ibu Norma melenguh memejam matanya. Rupanya kenikmatannya telah sampai. Pikirnya, walaupun kemaluan anaknya tidak begitu besar khas kemaluan anak-anak, rupanya bisa juga membuat dirinya terlena. Cengkeraman dinding vaginanya tidak begitu erat mencekram kemaluan anaknya. Dengan bebasnya kemaluan anaknya maju dan mundur mengikuti irama persetubuhan kedua orang manusia. Bles..bless..bless..
"Ibu.. aku mau piipiiss.." Sambil menarik badannya, sehingga crroott.. croott.. keluar sperma dari ujung kemaluan anaknya.

Muka dan buah dada ibu Norma terciprat oleh sperma anaknya. Anaknya hanya mematung memandang kemaluannya yang masih tersisa ceceran sperma. Sedikit demi sedikit ceceran spermanya jatuh pada paha ibu Norma. Ibu Norma hanya tersenyum melihat sikap anaknya yang terkesan bingung. Mungkin dia berpikir akan keluar air kencing, sehingga menarik kemaluannya. Padahal kalau di keluarkan didalam sensasinya akan lain. Dasar anak-anak, pikir ibu Norma.

Aku Ingin Papa Menaruh Benih Dalam Diriku

Ini berawal saat ibunya sakit dan harus masuk rumah sakit dan Paul harus terbang ke luar kota untuk urusan bisnis yang amat penting. Paul tadinya tak setuju saat Emma meminta papanya, Jack, agar menginap di rumah mereka untuk sementara untuk menemaninya pergi ke rumah sakit, mengatakan padanya bagaimana hal itu akan mengganggu pikirannya karena dia adalah titik penting dalam negosiasi kali ini.

Dan pikiran yang sangat mengganggunya itu adalah karena dia curiga sudah sejak dulu papanya ada 'perasaan lain' pada Emma istrinya. Emma merasa sangat marah pada Paul, karena sangat egois dan dengan perasaan cemburunya itu. Bukan hanya kali ini Paul meragukan kesetiaannya terhadap perkawinan mereka dan kali ini dia merasa telah berada dalam puncaknya.. Dan dia tahu dia akan membuat Paul membayar sikapnya yang menjengkelkan itu.

Ketika itu terjadi, Jack tiba pada hari sebelum Paul terbang ke luar kota untuk bertemu kliennya. Dia tidak membiarkan kedatangan Jack mengganggu jadwalnya, meskipun dia akan membiarkan papanya bersama Emma tanpa dia dapat mengawasinya selama beberapa hari kedepan. Ini adalah segala yang Emma harapkan dan lebih, ketika dia menyambut Jack dengan secangkir teh yang menyenangkan..

Dia bisa katakan dari perhatian Jack yang ditunjukkannya pada kunjungan itu. Mata Jack berbinar saat dia tahu Paul akan pergi besok pagi-pagi benar, dan dia mendapatkan Emma sendirian dalam beberapa hari bersamanya. Emma sangat menarik, yang sungguhpun dia tahu sudah tidak punya kesempatan terhadap Emma, dia masih berpegang pada harapannya, dan berbuat yang terbaik untuk mengesankannya, dan menggodanya.

Emma tersanjung oleh perhatiannya, dan menjawab dengan mengundang bahwa mereka berdua dapat mulai untuk membiarkan harapan dan pemikiran yang telah dia kubur sebelumnya untuk mulai kembali ke garis depan itu.

Sudah terlambat untuk jam kunjungan rumah sakit sore itu, sehingga mereka akan kembali lagi esok paginya sekitar jam sebelas. Emma menuangkan beberapa gelas wine untuk mereka berdua sekembalinya dari rumah sakit petang itu.

"Aku harus pergi dan mandi.. Aku kira aku tidak punya waktu pagi nanti".


"Oh bisakah Papa membiarkan showernya tetap hidup? Aku juga mau mandi jika Papa tidak keberatan."

Emma mau tak mau nanti akan menyentuh dirinya di dalam shower, bayangan tangan Jack pada tubuhnya terlalu menggoda dan rasa marah terhadap suaminya sangat sukar untuk dienyahkan dari pikirannya.

Dia belum terlalu sering mengenakan jubah mandi sutera itu sebelumnya, tetapi memutuskan untuk memakainya malam ini. Hasrat hatinya mendorongnya untuk melakukannya untuk Papa mertuanya, Paul bisa protes padanya jika dia ingin. Terlihat pas di pinggangnya dan dengan tali terikat, membuat dadanya tertekan sempurna. Itu nampak terlalu 'intim' saat dia menunjukkan kamar mandi di lantai atas. Emma meninggalkannya, dan kemudian kembali semenit kemudian.

"Aku menemukan salah satu jubah mandi Paul untuk Papa" dia berkata tanpa berpikir saat dia membukakan pintu untuknya. Di dalam cahaya yang remang-remang Emma dapat melihat pantatnya yang atletis.

Mereka duduk bersama di atas sofa, melihat TV. Dan setelah dua gelas wine lagi, Emma tahu dia akan mendorong 'keinginan' manapun yang Jack ingin lakukan. Dia sedikit lebih tinggi dari Paul, maka jubahnya hanya sampai setengah paha berototnya. Mau tak mau Emma meliriknya sekilas dan ingin melihat lebih jauh lagi. Dengan cara yang sama, Jack sulit percaya akan keberuntungannya untuk duduk disamping Emma yang berpakaian sangat menggoda dan benaknya mulai membayangkan lebih jauh lagi. Jack akan dikejutkan nantinya jika dia kemudian mengetahui hal sederhana apa yang akan membuat hasratnya semakin mengakar..

Besok adalah hari ulang tahun Emma, dan Paul lupa seperti biasanya, alasannya bahwa tidak ada waktu untuk lakukan apapun ketika dia sedang pergi, dan dia telah berjanji pada Emma kalau dia akan berusaha untuk mengajaknya untuk sebuah dinner yang manis ketika pulang. Kenyataannya bahwa Jack tidak hanya tidak melupakan, tetapi membawakannya sebuah hadiah yang menyenangkan seperti itu, menjadikan hatinya lebih hangat lagi. Dia seperti seorang anak perempuan kecil yang sedang membuka kotak, dan menarik sebuah kalung emas.

"Oh Papa.. Papa seharusnya tidak perlu.. Ini indah sekali"


"Tentu saja aku harus.. Tapi aku takut itu tidak bisa membuat kamu lebih cantik cintaku.. Sini biarku kupasangkan untukmu"


"Ohh Papa!"

Emma merasa ada semacam perasaan cinta untuknya saat dia berada di belakangnya. Dia harus lebih dulu mengendurkan jubah untuk membiarkan dia memasang kaitan di belakang, dan ketika dia berbalik ke arahnya, Jack tidak bisa menghindari tetapi matanya mengarah pada belahan dada Emma yang menyenangkan.

"Oh.. Apa rantainya kepanjangan?" ia berharap, menatap kalung yang melingkar di atas dada lezatnya.


"Tidak Pa.. Ini menyenangkan" dia tersenyum, menangkap dia memandang ke sana lebih banyak dari yang seharusnya diperlukan.


"Oh terima kasih banyak.."

Emma menciumnya dengan agak antusias dibanding yang perlu dilakukannya dan putus tiba-tiba dengan sebuah gairah dipermalukan. Kemudian Jack menangkap momen itu, menarik punggungnya seolah-olah meredakan kebingungannya dan menciumnya dengan perasaan jauh lebih dibandingkan perasaan seorang mertua.

"Selamat ulang tahun sayang" katanya, saat senyuman mereka berubah jadi lebih serius.


"Oh terimakasih Papa"

Emma menciumnya kembali, menyadari ini adalah titik yang tak bisa kembali lagi, dan kali ini membiarkan lidahnya 'bermalas-malasan' terhadapnya. Dia baru saja mempunyai waktu untuk merapatkan jubahnya kembali saat Paul meneleponnya untuk mengucapkan selamat malam dan sedikit investigasi. Paul ingin bicara pada papanya dan memintanya agar menyimpan cintanya untuk ibunya yang sudah meninggal. Mata Emma tertuju pada Jack saat dia menenteramkan hati putranya di telepon, mengetahui dia akan membiarkan pria ini melakukan apapun..

"Aku sangat suka ini Pa.." Emma tersenyum ketika telepon dari Paul berakhir. Dia menggunakan alasan memperhatikan kalungnya untuk membuka jubahnya lagi, kali ini sedikit lebih lebar.


"Apa kamu pikir ini cocok untukku?"


"Mm oh ya.." dia tersenyum, matanya menelusuri bagian atas gundukan lezatnya, dan untuk pertama kalinya membiarkan gairahnya tumbuh.

Emma secara terbuka mempresentasikan payudaranya untuk kekasihnya, membiarkan dia menatapnya ketika dia membusungkan dadanya jauh lebih lama dibandingkan hanya sekedar untuk memandangi kalung itu. Dia mengangkat tangannya dan memegang mainan kalung itu, mengelus diantara dadanya, menatap tajam ke dalam matanya.

"Kamu terlihat luar biasa dengan memakainya" dia tersenyum.

Nafas Emma yang memburu adalah nyata ketika tangan kekasihnya telah menyentuhnya di sana, dan pandangannya yang memikat saat kekasihnya menyelami matanya memberi dia tiap-tiap dorongan. Mereka berdua tahu apa yang akan terjadi kemudian, sudah terlalu jauh untuk menghentikannya sekarang. Dia akan bercinta dengan Papa mertuanya. Mereka berdua juga menyadari, bahwa tidak perlu terburu-buru kali ini, mereka harus lebih dulu membiarkan berjalan dengan sendirinya, dan walaupun kemudian itu akan menjadi resikonya nanti.

Emma bisa melihatnya sekarang kalau 'pertunjukannya' yang nakal telah memberi efek pada gairah kekasihnya. Gundukan yang terlihat nyata di dalam jubahnya menjadikan jantungnya berdebar kencang, dan kekasihnya menjadi bangga ketika melihatnya menatap itu, seperti halnya dia yang memandangi payudaranya.

"Kamu sudah cukup merayuku.. Kamu nakal!" Emma tersenyum pada kata-kata terakhirnya, memberi dia pelukan yang lain. Pelukan itu berubah menjadi sebuah ciuman, dan kali ini mereka berdua membiarkan perasaan mereka menunjukkannya, lidah mereka saling melilit dan memukul-mukul satu sama lain. Emma merasa tali jubahnya mengendur, dan Jack segera merasakan hal yang sama.

"Oh Jack.. Kita tidak boleh" dia menjauh dari kekasihnya sebentar, tidak mampu untuk hentikan dirinya dari pemandangan jubahnya yang terbuka cukup lebar untuk melihat ujung penisnya yang tak terukur membesar diantara pahanya yang kuat.

"Ohh Emma.. Aku tahu.. Tapi kita harus" dia menarik nafas panjang, memandang pada perutnya untuk melihat kewanitaannya yang sempurna, telah merekah dan mengeluarkan cairannya. Detak jantung Emma bahkan jadi lebih cepat saat dia lihat tonjolannya menghentak lebih tinggi ke udara saat kekasihnya memandang bagian paling intimnya.

"Oh Jack sayang.." desahnya pelan saat kekasihnya memeluknya, jubahnya tersingkap dan dia terpana akan tonjolannya yang sangat besar di bagian bawahnya. Itu sepertinya memuat dua prem ranum yang membengkak dengan benihnya yang berlimpah. Dia tidak bisa hentikan dirinya sekarang.. Dia membayangkan dirinya berenang di dalamnya.

"Emma cintaku.. Betapa lamanya aku menginginkanmu.." katanya saat ia menggapai paha Emma.


"Oh Jack.. Seandainya aku tahu.. Setiap kali Paul bercinta denganku aku membayangkan itu adalah kamu yang di dalamku.. Papa termanis.. Apakah aku terlalu jahat untuk katakan hal seperti itu?"


"Tidak kekasihku.." jawabnya, mencium lehernya dan turun pada dadanya, dan membuka jubahnya lebih lebar lagi untuk agar tangannya dapat memegang payudaranya. Mereka berdua ingin memanfaatkan momen itu..


"Apakah kamu ingin aku di sana sekarang?"


"Oh Jack.. Ya.. Papa" erangnya kemudian mengangkat jubahnya dan tangannya meraih penisnya.


"Aku sangat menginginkannya"


"Oh Emma.. Kekasihku, apakah ini yang kamu ingin?" dia mengerang, memegang jarinya di sekitar batang berdenyutnya yang sangat besar.


"Oh ya Papa.. Penismu.. Aku ingin penis Papa di dalamku"


"Sayangku yang manis.. Apa kamu menginginkannya di sini?" kekasihnya melenguh, menjalankan jemarinya yang pintar sepanjang celah itu, menggodanya, membuat matanya memejam dengan nikmat. Emma hampir merintih ketika dia menatap mata kekasihnya.


"Mm penis Papa di dalam vaginaku"


"Ahh anak manisku tercinta" Emma menjilat jarinya dan menggosoknya secara lembut di atas ujung kejantanannya yang terbakar, membuat kekasihnya merasa ngeri dengan kegembiraan.


"Kamu ingin jadi nakal kan Pa.. Kamu ingin orgasme di dalamku" Emma menggoda, meninggalkan pembesaran tonjolan yang bagus, dan mengalihkan perhatiannya kepada buah zakarnya yang membengkak.

Sekarang adalah giliran kekasihnya untuk menutup matanya dengan gairah yang mengagumkan.

"Kamu ingin meletakkan spermamu di dalam istri putramu.. Kamu ingin melakukan itu di dalam vagina gadis kecilmu"

Dia hampir menembakkannya bahkan waktu Emma menggodanya, tetapi entah bagaimana menahan ombak klimaksnya, dan mengembalikannya pada Emma, keduanya sekarang saling memegang pinggang satu sama lainnya.

"Dan kamu ingin benih Papa di dalam kandunganmu kan.. Dalam kandunganmu yang dahaga.. Membuat seorang bayi kecil di dalam kandungan suburmu" dia tidak bisa semakin dekat kepada tanda untuknya.. Emma telah memimpikan kekasihnya memberinya seorang anak, Emma gemetar dan menggigit bibirnya saat jari tangan kekasihnya diselipkan di dalam saluran basahnya.

"Papa.. Oh ya.. Ya.. Tolong.. Aku sangat menginginkannya.."

Paul belum pernah punya keinginan membicarakan tentang hal itu.. Emma tidak benar-benar mengetahui apakah dia ingin seorang anak, sekalipun begitu pemikiran itu menjadi sebuah gairah yang luar biasa. Bibirnya menemukannya lagi, dan tenggelam dalam gairahnya, lidah mereka melilit lagi dengan bebas tanpa kendali yang sedemikian manis.

Emma membiarkan jubahnya terbuka seluruhnya sekarang, menekankan payudaranya secara lembut melawan dada berototnya, perasaan geli membuat cairannya lebih berlimpah. Jantungnya terisi dengan kenikmatan dan antisipasi, pada pikiran bahwa dia menginginkan dirinya.. Bahwa seluruh gairah Emma akan terpenuhi dengan segera.

"Oh gadis manisku yang jahat" lenguhnya saat bibir Emma menggodanya.


"Aku akan pergi sebentar" dia tersenyum dengan mengundang saat dia menoleh ke belakang dari pintu.


"Jangan pergi" Emma melangkah ke lantai atas, jubahnya berkibar di sekitarnya lagi saat dia memandangnya.

Emma tidak perlu merasa cemas, suaminya sedang berada jauh di sana dengan segala egoisme kesibukannya, dan Emma mengenal bagaimana kebiasaanya. Jantung Emma dilanda kegembiraan lebih ketika dia melepaskan jubahnya dan berjalan menuju dia.. Pada Papa mertuanya.. Telanjang dan siap untuk menyerahkan dirinya seluruhnya kepada kekasihnya.

Ketika dia mendengar langkah kaki Emma pada tangga, dia lalu keluar dari jubahnya dan sekarang berlutut di atas permadani di depan perapian, menghadapinya ketika dia masuk, ereksinya semakin besar dalam posisi demikian. Emma berlutut di depannya, tangannya memegang obyek hasratnya, yang berdenyut sekilas, lembut dan demikian panas dalam sentuhannya. Matanya terpejam dalam kenikmatan murni saat Emma berlutut dan mencium ujung merah delima itu, matanya terbuka meresponnya, dan mengirim beberapa tetesan cairan lezat kepada lidah penggemarnya. Kekasihnya mengelus payudaranya dan menggoda puting susunya yang gemuk itu.

"Aku sudah siap Pa.. Malam ini seutuhnya milikmu"


"Emma sayang, kamu indah sekali.." kekasihnya memujinya dan dia tersenyum dengan bangga.


"Oh Papa.. Kumohon. Aku sangat menginginkannya.. Aku ingin benihmu di dalamku"


"Sepanjang malam cintaku.." kekasihnya tersenyum, rebah bertumpu pada sikunya lalu menyelipkan tangannya diantara paha Emma.


"Kita berbagi tiap momen"

Emma rebahan pada punggungnya, melebarkan lututnya membiarkan jari kekasihnya berada di dalam rendaman vulvanya.

"Ohh mm Papa sayang.." Emma melenguh saat jari kekasihnya merangsang tunas kesenangannya tanpa ampun.


"Mm betapa aku sangat memuja perempuan kecilku.." Kekasihnya menggodanya ketika wajahnya menggeliat di puncak kesenangan.


"Ohh Papa.. Rasakan bagaimana basahnya aku untukmu"


"Apa anakku yang manis sudah basah untuk penis Papa? Mm penis Papa di dalam vagina panas gadis kecilnya.. Penis besar Papa di dalam vagina gadisnya yang panas, vagina basah.." kata-katanya diiringi dengan tindakan saat dia bergerak di antara pahanya, tongkatnya berdenyut dengan bernafsu saat dia mempersiapkan lututnya.


"Setubuhi aku Pa.. Masukkan penismu ke dalamku"


"Sayang.. Emma yang nakal.. Buka vaginamu untuk penis Papa" tangan mereka memandu, kejantanannya membelah masuk kewanitaannya.


"Papa.. Yang besar.. Itu penuh untukku kan?"


"Ya putriku manis.. Sperma yang penuh untuk kandunganmu.. Apa kamu akan membuat Papa melakukan itu di dalam tubuhmu?"


"Ahh ya Papa.. Aku akan membuatmu menembakkannya semua ke dalam tubuhku.. Ahh ahh ahh"

Emma mulai menggerakkan pinggangnya.. Takkan menghentikan dirinya saat dia membayangkan itu. Mata mereka saling bertemu dalam sebuah kesenangan yang sempurna, mereka bergerak dengan satu tujuan, yang ditetapkan oleh kata-katanya.

"Papa akan menembakkan semuanya ke dalam kandunganmu yang subur.. Sperma Papa akan membuat bayi di dalam kandunganmu Emma sayang" tangan kekasihnya mengayun pantatnya sekarang saat dia mulai menusuk lebih dalam, matanya menatap kekasihnya ketika dia menarik pantatnya yang berotot, mendorong lebih lanjut ke dalam tubuhnya.. Memberinya hadiah yang sangat berharga.

Penis besarnya menekan dalam dan panjang, buah zakarnya yang berat menampar pantatnya saat dia mendorong ke dalam kandungannya. Dia tidak bisa menolong, hanya melihatnya, setiap gerakan mereka yang mendatangkan nikmat.. Membayangkan waktunya akan segera datang.. Memancar dari kekasihnya.. Berenang di dalam dirinya.. Membuatnya mengandung anaknya. Dia menggelinjang saat kekasihnya menyusu pada puting susunya yang diremas keras, tangan besarnya meremas payudaranya bersama-sama saat dia mengocoknya berulang-ulang.

"Ohh Papa.. Penis besarmu membuatku orgasme.. Oohh" dia berteriak, menaikkan lututnya setinggi yang dia bisa untuk memaksanya lebih dalam ke bagian terdalam vaginanya. Kekasihnya menghentak lebih cepat, meremas pantatnya untuk membuat sebuah lingkaran yang ketat pada vaginanya.. Momen yang sempurna mendekat dengan cepat saat dia menatap mata kekasihnya.

"Emma sayang.. Papa juga keluar.."


"Mm shh" Emma memperlambat gerakan kekasihnya, menenangkannya ketika waktunya datang..


"Aku ingin menahanmu saat kamu keluar.. Saat kamu memompa benihmu ke dalam tubuhku"


"Oh sayang.. Ya gadis manisku.. Tahan aku saat kukeluarkan spermaku ke dalam kandunganmu"

Dia merasa itu membesar di dalam cengkramannya, urat gemuk penisnya siap untuk berejakulasi, dan kemudian menghentak dengan liar, dan dengan masing-masing semburan yang dia rasa pancarannya yang kuat menghantam dinding kewanitaannya, membasahi hamparan ladangnya yang haus kekeringan. Bibir mereka bertemu dalam lilitan sempurna, tangisan Emma membanjiri kekasihnya kala kekasihnya menyembur dengan deras ke dalamnya. Punggung Emma melengkung, mencengkeram penisnya sangat erat saat ombak kesenangan menggulungnya. Dia ingin menahannya di sana untuk selamanya..

"Ohh Ohh aahh.. Papa melakukannya.. Isi aku.. Aahh" jantung mereka berdegup sangat keras ketika mereka berbaring bersama, terengah-engah, sampai mereka bisa berbicara.


"Oh Tuhan, Emma.. Aku sangat menginginkanmu.."

Dan untuk beberapa hari ke depan, tak ada sepatah katapun yang sanggup melukiskan momen itu..

PENGALAMAN PERTAMA SEKS GADIS BELIA SMP

Cerita yang kutulis ini adalah kisah nyata pengalamanku beberapa tahun yang lalu. Pengalaman sex pertama tak kuduga yang terjadi ketika aku masih gadis SMP, tepatnya ketika baru saja akan masuk kelas 2 SMP. Hubungan sex itu terjadi bersama teman papaku yang bernama Om Bayu. Karena hubungan yang sudah sangat dekat dengan Om Bayu, ia sudah dianggap seperti saudara sendiri di rumahku. Om Bayu wajahnya sangat tampan, wajahnya tampak jauh lebih muda dari ayahku, karena memang usianya berbeda agak jauh, usia Om Bayu ketika itu sekitar 28 tahun. Selain tampan, Om Bayu memiliki tubuh yang tinggi tegap, dengan dada yang bidang.
Kejadian ini bermula ketika liburan semester, waktu itu kedua orang tuaku harus pergi ke Madiun karena ada perayaan pernikahan saudara. Karena kami dan Om Bayu cukup dekat, maka aku minta kepada orang tuaku untuk menginap saja di rumah Om Bayu yang tidak jauh dari rumahku selama 5 hari itu. Om Bayu sudah menikah, tetapi belum punya anak. Istrinya adalah seorang karyawan perusahaan swasta, sedangkan Om Bayu tidak mempunyai pekerjaan tetap. Dia adalah seorang makelar mobil. Hari-hari pertama kulewati dengan ngobrol-ngobrol sambil bercanda-ria, setelah istri Om Bayu pergi ke kantor. Om Bayu sendiri karena katanya tidak ada order untuk mencari mobil, jadi tetap di rumah sambil menunggu telepon kalau-kalau ada langganannya yang mau mencari mobil. Untuk melewatkan waktu, sering juga kami bermain bermacam permainan seperti halma, atau monopoli, karena memang Om Bayu orangnya sangat pintar bergaul dengan siapa saja.
Ketika suatu hari, setelah makan siang, tiba-tiba Om Bayu berkata kepadaku, “Rin.. kita main dokter- dokteran yuk.., sekalian Rini, Om periksa beneran, mumpung gratis”.
Memang kata ayah dahulu Om Bayu pernah kuliah di fakultas kedokteran, namun putus di tengah jalan karena menikah dan kesulitan biaya kuliah.
“Ayoo..”, sambutku dengan polos tampa curiga.
Kemudian Om Bayu mengajakku ke kamarnya, lalu mengambil sesuatu dari lemarinya, rupanya ia mengambil stetoskop, mungkin bekas yang dipakainya ketika kuliah dulu.
“Nah Rin, kamu buka deh bajumu, terus tiduran di ranjang”.
Mula-mula aku agak ragu-ragu. Tapi setelah melihat mukanya yang bersungguh-sungguh akhirnya aku menurutinya.
“Baik Om”, kataku, lalu aku membuka kaosku, dan mulai hendak berbaring.
Namun Om Bayu bilang, “Lho.. BH-nya sekalian dibuka dong.., biar Om gampang meriksanya”.
Aku yang waktu itu masih polos, dengan lugunya aku membuka BH-ku, sehingga kini terlihatlah buah dadaku yang masih mengkal.
“Wah.., kamu memang benar-benar cantik Rin..”, kata Om Bayu.
Kulihat matanya tak berkedip memandang buah dadaku, dan aku hanya tertunduk malu.
Setelah telentang di atas ranjang, dengan hanya memakai rok mini saja, Om Bayu mulai memeriksaku. Mula-mula di tempelkannya stetoskop itu di dadaku, rasanya dingin, lalu Om Bayu menyuruhku bernafas sampai beberapa kali, setelah itu Om Bayu mencopot stetoskopnya. Kemudian sambil tersenyum kepadaku, tangannya menyentuh lenganku, lalu mengusap-usapnya dengan lembut.
“Waah.. kulit kamu halus ya, Rin.. Kamu pasti rajin merawatnya”, katanya. Aku diam saja, aku hanya merasakan sentuhan dan usapan lembut Om Bayu.
Kemudian usapan itu bergerak naik ke pundakku. Setelah itu tangan Om Bayu merayap mengusap perutku. Aku hanya diam saja merasakan perutku diusap-usapnya, sentuhan Om Bayu benar-benar terasa lembut, dan lama- kelamaan terus terang aku mulai jadi agak terangsang oleh sentuhannya, sampai- sampai bulu tanganku merinding dibuatnya. Lalu Om Bayu menaikkan usapannya ke pangkal bawah buah dadaku yang masih mengkal itu, mengusap mengitarinya, lalu mengusap buah dadaku. Ih.., baru kali ini aku merasakan yang seperti itu, rasanya halus, lembut, dan geli, bercampur menjadi satu. Namun tidak lama kemudian, Om Bayu menghentikan usapannya. Dan aku kira.. yah, hanya sebatas ini perbuatannya. Tapi kemudian Tom Bayu bergerak ke arah kakiku.
“Nah.., sekarang Om periksa bagian bawah yah..”, katanya. Setelah diusap-usap seperti tadi yang terus terang membuatku agak terangsang, aku hanya bisa mengangguk pelan saja. Saat itu aku masih mengenakan rok miniku, namun tiba-tiba Om Bayu menarik dan meloloskan celana dalamku. Tentu saja aku keget setengah mati.
“Ih.., Om kok celana dalam Rini dibuka..?”, kataku dengan gugup.
“Lho.., khan mau diperiksa.., pokoknya Rini tenang aja..”, katanya dengan suara lembut sambil tersenyum, namun tampaknya mata dan senyum Om Bayu penuh dengan maksud tersembunyi. Tetapi saat itu aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa.
Setelah celana dalamku diloloskan oleh Om Bayu, dia duduk bersimpuh di hadapan kakiku. Matanya tak berkedip menatap vaginaku yang masih mungil, dengan bulu-bulunya yang masih sangat halus dan tipis. Lalu kedua kakiku dinaikkan ke pahanya, sehingga pahaku menumpang di atas pahanya. Lalu Om Bayu mulai mengelus-elus betisku, halus dan lembut sekali rasanya, lalu diteruskan dengan perlahan-lahan meraba- raba pahaku bagian atas, lalu ke paha bagian dalam. Hii.., aku jadi merinding rasanya.
“Ooomm..”, suaraku lirih.
“Tenang sayang.., pokoknya nanti kamu merasa nikmat..”, katanya sambil tersenyum.
Om Bayu lalu mengelus- elus selangkanganku, perasaanku jadi makin tidak karuan rasanya.
Kemudian, dengan jari telunjuknya yang besar, Om Bayu menggesekkannya ke bibir vaginaku dari bawah ke atas.
“aahh.., Ooomm..”, jeritku lirih.
“Ssstt.., hmm.., nikmat.., kan..?”, katanya.
Mana mampu aku menjawab, malahan Om Bayu mulai meneruskan lagi menggesekkan jarinya berulang-ulang. Tentu saja ini membuatku makin tidak karuan, aku menggelinjang- gelinjang, menggeliat- geliat ke sana-ke mari.
“Ssstthh.., aahh.., Ooomm.., aahh..”, eranganku terdengar lirih, dunia serasa berputar-putar, kesadaranku bagaikan terbang ke langit. Vaginaku rasanya sudah basah sekali karena aku memang benar-benar sangat terangsang sekali.
Setelah Om Bayu merasa puas dengan permainan jarinya, dia menghentikan sejenak permainannya itu, tapi kemudian wajahnya mendekati wajahku, aku yang belum berpengalaman sama sekali, dengan pikiran yang antara sadar dan tidak sadar, hanya bisa melihatnya pasrah tanpa mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. Wajahnya semakin dekat, kemudian bibirnya mendekati bibirku, lalu ia mengecupku dengan lembut, rasanya geli, lembut, dan basah. Namun Om Bayu bukan hanya mengecup, ia lalu melumat habis bibirku sambil memainkan lidahnya, Hii.., rasanya jadi makin geli.., apalagi ketika lidah Om Bayu memancing lidahku, sehingga aku tidak tahu kenapa, secara naluri jadi terpancing, sehingga lidahku dengan lidah Om Bayu saling bermain, membelit-belit, tentu saja aku jadi semakin nikmat kegelian.
Kemudian Om Bayu mengangkat wajahnya dan memundurkan badannya. Entah permainan apa lagi yang akan diperbuatnya pikirku, aku toh sudah pasrah. Dan eh.., gila.., tiba-tiba badannya dimundurkan ke bawah dan Om Bayu tengkurap di antara kedua kakiku yang otomatis terkangkang, kepalanya berada tepat di atas kemaluanku dan Om Bayu dengan cepat menyeruakkan kepalanya ke selangkanganku, kedua pahaku dipegangnya dan diletakkan di atas pundaknya, sehingga kedua paha bagian dalamku seperti menjepit kepala Om Bayu. Aku sangat terkejut dan mencoba memberontak, akan tetapi kedua tangannya memegang pahaku dengan kuat, lalu tanpa sungkan- sungkan lagi Om Bayu mulai menjilati bibir vaginaku.
“aa.., Ooomm..!”, aku menjerit, walaupun lidah Om Bayu terasa lembut, namun jilatannua itu terasa menyengat vaginaku dan menjalar ke seluruh tubuhku, namun Om Bayu yang telah berpengalaman itu, justru menjilati habis- habisan bibir vaginaku, lalu lidahnya masuk ke dalam vaginaku, dan menari-nari di dalam vaginaku. Lidah Om Bayu mengait-ngait ke sana-ke mari menjilat- jilat seluruh dinding vaginaku. Tentu saja aku makin menjadi-jadi, badanku menggeliat- geliat dan terhentak- hentak, sedangkan kedua tanganku mencoba mendorong kepalanya dari kemaluanku. Akan tetapi usahaku itu sia-sia saja, Om Bayu terus melakukan aksinya dengan ganas. Aku hanya bisa menjerit-jerit tidak karuan.
“aahh.., Ooomm.., jaangan.., jaanggann.., teerruskaan.., ituu.., aa.., aaku.., nndaak.., maauu.., geellii.., stoopp.., tahaann.., aahh!”.
Aku menggelinjang- gelinjang seperti kesurupan, menggeliat ke sana-ke mari antara mau dan tidak biarpun ada perasaan menolak akan tetapi rasa geli, bercampur dengan kenikmatan yang teramat sangat mendominasi seluruh badanku. Om Bayu dengan kuat memeluk kedua pahaku di antara pipinya, sehingga walaupun aku menggeliat ke sana-ke mari, namun Om Bayu tetap mendapatkan yang diinginkannya. Jilatan- jilatan Om Bayu benar- benar membuatku bagaikan orang lupa daratan, vaginaku sudah benar-benar banjir dibuatnya, hal ini membuat Om Bayu menjadi semakin liar, ia bukan cuma menjilat- jilat, bahkan menghisap, menyedot-nyedot vaginaku. Cairan lendir vaginaku bahkan disedot Om Bayu habis-habisan. Sedotan Om Bayu di vaginaku sangat kuat, membuatku jadi samakin kelonjotan.
Kemudian Om Bayu sejenak menghentikan jilatannya. Dengan jarinya ia membuka bibir vaginaku, lalu di sorongkan sedikit ke atas. Aku saat itu tidak tahu apa maksud Om Bayu, rupanya Om Bayu mengincar clitorisku. Dia menjulurkan lidahnya, lalu dijilatnya clitorisku.
“aahh..”, tentu saja aku menjerit keras sekali, aku merasa seperti kesetrum, karena ternyata itu bagian yang paling sensitif buatku. Begitu kagetnya aku merasakannya, aku sampai menggangkat pantatku. Om Bayu malah menekan pahaku ke bawah, sehingga pantatku nempel lagi ke kasur, dan terus menjilati clitorisku sambil dihisap- hisapnya.
“aa.., Ooomm.., aauuhh.., aahh!”, jeritku semakin menggila. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang teramat sangat, yang ingin keluar dari dalam vaginaku, seperti mau pipis, dan aku tak kuat menahannya, namun Om Bayu yang sepertinya sudah tahu, malahan menyedot clitorisku dengan kuatnya.
“Ooomm.., aa!”, tubuhku terasa tersengat tegangan tinggi, seluruh tubuhku menegang, tak sadar kujepit dengan kuat pipi Om Bayu dengan kedua pahaku di selangkanganku. Lalu tubuhku bergetar bersamaan dengan keluarnya cairan vaginaku banyak sekali, dan tampaknya Om Bayu tidak menyia-nyiakannya disedotnya vaginaku, dihisapnya seluruh cairan vaginaku. Tulang- tulangku terasa luluh lantak, lalu tubuhku terasa lemas sekali. Aku tergolek lemas.
Om Bayu kemudian bangun dan mulai melepaskan pakaiannya. Aku, yang baru pertama kali mengalami orgasme, merasakan badanku lemas tak bertenaga, sehingga hanya bisa memandang saja apa yang sedang dilakukan oleh Om Bayu. Mula-mula Om Bayu membuka kemejanya yang dilemparkan ke sudut kamar, kemudian secara cepat dia melepaskan celana panjangnya, sehingga sekarang dia hanya memakai CD saja. Aku agak ngeri juga melihat badannya yang tinggi besar itu tidak berpakaian. Akan tetapi ketika tatapan mataku secara tak sengaja melihat ke bawah, aku sangat terkejut melihat tonjolan besar yang masih tertutup oleh CD- nya, mecuat ke depan. Kedua tangan Om Bayu mulai menarik CD-nya ke bawah secara perlahan- lahan, sambil matanya terus menatapku.
Pada waktu badannya membungkuk untuk mengeluarkan CD-nya dari kedua kakinya, aku belum melihat apa-apa, akan tetapi begitu Om Bayu berdiri tegak, darahku mendadak serasa berhenti mengalir dan mukaku menjadi pucat karena terkejut melihat benda yang berada di antara kedua paha atas Om Bayu. Benda tersebut bulat panjang dan besar dengan bagian ujungnya yang membesar bulat berbentuk topi baja tentara. Benda bulat panjang tersebut berdiri tegak menantang ke arahku, panjangnya kurang lebih 20 cm dengan lingkaran sebesar 6 cm bagian batangnya dilingkarin urat yang menonjol berwarna biru, bagian ujung kepalanya membulat besar dengan warna merah kehitam- hitaman mengkilat dan pada bagian tengahnya berlubang di mana terlihat ada cairan pada ujungnya. Rupanya begitu yang disebut kemaluan laki-laki, tampaknya menyeramkan. Aku menjadi ngeri, sambil menduga-duga, apa yang akan dilakukan Om Bayu terhadapku dengan kemaluannya itu.
Melihat ekspresi mukaku itu, Om Bayu hanya tersenyum-senyum saja dan tangan kirinya memegang batang kemaluannya, sedangkan tangan kanannya mengelus-elus bagian kepala kemaluannya yang kelihatan makin mengkilap saja. Om Bayu kemudian berjalan mendekat ke arahku yang masih telentang lemas di atas tempat tidur. Kemudian Om Bayu menarik kedua kakiku, sehingga menjulur ke lantai sedangkan pantatku berada tepat di tepi tempat tidur. Kedua kakiku dipentangkannya, sehingga kedua pahaku sekarang terbuka lebar. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena badanku masih terasa lemas. Mataku hanya bisa mengikuti apa yan sedang dilakukan oleh Om Bayu.
Kemudian dia mendekat dan berdiri tepat diantara kedua pahaku yang sudah terbuka lebar itu. Dengan berlutut di lantai di antara kedua pahaku, kemaluannya tepat berhadapan dengan kemaluanku yang telah terpentang itu. Tangan kirinya memegang pinggulku dan tangan kanannya memegang batang kemaluannya. Kemudian Om Bayu menempatkan kepala kemaluannya pada bibir kemaluanku yang belahannya kecil dan masih tertutup rapat. Kepala kemaluannya yang besar itu mulai digosok-gosokannya sepanjang bibir kemaluanku, sambil ditekannya perlahan- lahan. Suatu perasaan aneh mulai menjalar ke kesuluruhan tubuhku, badanku terasa panas dan kemaluanku terasa mulai mengembung, aku agak menggeliat-geliat kegelian atas perbuatan Om Bayu itu dan rupanya reaksiku itu makin membuat Om Bayu makin terangsang. Dengan mesra Om Bayu memelukku, lalu mengecup bibirku.
“Gimana Rin.., nikmat khan..?”, bisik Om Bayu mesra di telingaku, namun aku sudah tak mampu menjawabnya, nafasku tinggal satu- satu, aku hanya bisa mengangguk sambil tersipu malu. Aku sudah tidak berdaya diperlakukan begini oleh Om Bayu dan tidak pernah kusangka, karena sehari-hari Om Bayu sangat sopan dan ramah.
Selanjutnya tangan Om Bayu yang satu merangkul pundakku dan yang satu di bawah memegang penisnya sambil digosok-gosokkan ke bibir kemaluanku, hal ini makin membuatku menjadi lemas ketika merasakan kemaluan yang besar menyentuh bibir kemaluanku, aku merasa takut tapi kalah dengan nikmatnya permainan Om Bayu, di samping pula ada perasaan bingung yang melanda pikiranku. Kemaluan Om Bayu yang besar itu sudah amat keras dan kakiku makin direnggangkan oleh Om Bayu sambil salah satu dari pahaku diangkat sedikit ke atas. Aku benar-benar setengah sadar dan pasrah tanpa bisa berbuat apa-apa. Kepala kemaluannya mulai ditekan masuk ke dalam lubang kemaluanku dan dengan sisa tenaga yang ada aku mencoba mendorong badan Om Bayu untuk menahan masuknya kemaluannya itu, tapi Om Bayu bilang tidak akan dimasukkan semua cuma ditempelkan saja. Saya membiarkan kemaluannya itu ditempelkan di bibir kemaluanku.
Tapi selang tak lama kemudian perlahan- lahan kemaluannya itu ditekan-tekan ke dalam lubang vaginaku, sampai kepala penisnya sedikit masuk ke bibir dan lubang vaginaku. Kemaluanku menjadi sangat basah, dengan sekali dorong kepala penis Om Bayu ini masuk ke dalam lubang vaginaku, gerakan ini membuatku terkejut karena tidak menyangka Om Bayu akan memasukan penisnya ke dalam kemaluanku seperti apa yang dikatakan olehnya. Sodokkan penis Om Bayu ini membuat kemaluanku terasa mengembang dan sedikit sakit, seluruh kepala penis Om Bayu sudah berada di dalam lubang kemaluanku dan selanjutnya Om Bayu mulai menggerakkan kepala penisnya masuk dan keluar dan selang sesaat aku mulai menjadi biasa lagi, perasaan nikmat mulai menjalar ke seluruh tubuhku, terasa ada yang mengganjal dan membuat kemaluanku serasa penuh dan besar, tampa sadar dari mulutku keluar suara, “Ssshh.., sshh.., aahh. oohh.., Ooomm.., Ooomm.., eennaak.., eennaak! Aku mulai terlena saking nikmatnya dan pada saat itu, tiba-tiba Om Bayu mendorong penisnya dengan cepat dan kuat, sehingga penisnya menerobos masuk lebih dalam lagi dan merobek selaput daraku dan akupun menjerit karena terasa sakit pada bagian dalam vaginaku oleh penis Om Bayu yang terasa membelah kemaluanku.
“aadduuhh.., saakkiitt.., Ooomm.., sttoopp.., sttoopp.., jaangaan.., diterusin”, aku meratap dan kedua tanganku mencoba mendorong badan Om Bayu, tapi sia- sia saja. Om Bayu mencium bibirku dan tangannya yang lain mengelus-elus buah dadaku untuk menutupi teriakan dan menenangkanku. Tangannya yang lain menahan bahuku sehingga aku tidak dapat berkutik. Badanku hanya bisa menggeliat-geliat dan pantatku kucoba menarik ke atas tempat tidur untuk menghindari tekanan penis Om Bayu ke dalam liang vaginaku, tapi karena tangan Om Bayu menahan pundakku, maka aku tidak dapat menghindari masuknya penis Om Bayu lebih dalam ke liang vaginaku. Rasa sakit masih terasa olehku dan Om Bayu membiarkan penisnya diam saja tanpa bergerak sama sekali untuk membuat kemaluanku terbiasa dengan penisnya yang besar itu.
“Om.., kenapa dimasukkan semua, kan.., janjinya hanya digosok-gosok saja?”, kataku dengan memelas, tapi Om Bayu tidak bilang apa-apa hanya senyum- senyum saja.
Aku merasakan kemaluan Om Bayu itu, terasa besar dan mengganjal rasanya memadati seluruh relung-relung di dalam vaginaku. Serasa sampai ke perutku karena panjangnya penis Om Bayu tersebut. Waktu saya mulai tenang, Om Bayu kemudian mulai memainkan pinggulnya maju mundur sehingga penisnya memompa kemaluanku. Badanku tersentak-sentak dan menggelepar-gelepar, sedang dari mulutku hanya bisa keluar suara, “Ssshh.., sshh.., oohh.., oohh”, dan tiba-tiba perasaan dahsyat melanda keseluruhan tubuhku, bayangan hitam menutupi seluruh pandanganku, sesaat kemudian kilatan cahaya serasa berpendar di mataku. Sensasi itu sudah tidak bisa dikendalikan lagi oleh pikiran normalku, seluruh tubuhku diliputi sensasi yang siap meledak. Buah dadaku terasa mengeras dan puting susuku menegang ketika sensasi itu kian menguat, membuat tubuhku terlonjak-lonjak di atas tempat tidur. Seluruh tubuhku meledak dalam sensasi, jari-jariku menggengam alas tempat tidur erat-erat, tubuhku bergetar, mengejang, meronta di bawah tekanan tubuh Om Bayu ketika aku mengalami orgasme yang dahsyat. Aku merasakan kenikmatan berdesir dari vaginaku, menghantarkan rasa nikmat ke seluruh tubuhku selama beberapa detik terasa tubuhku melayang- layang dan tak lama kemudian terasa terhempas lemas tak bedaya, tergeletak lemah di atas tempat tidur dengan kedua tangan yang terentang dan kedua kaki terkangkang menjulur di lantai.
Melihat keadaanku Om Bayu makin terangsang, sehingga dengan ganasnya dia mendorong pantatnya menekan pinggulku rapat-rapat, sehingga seluruh batang penisnya terbenam dalam kemaluanku. Aku hanya bisa menggeliat lemah karena setiap tekanan yang dilakukannya, terasa clitorisku tertekan dan tergesek-gesek oleh batang penisnya yang besar dan berurat itu. Hal ini menimbulkan kegelian yang tidak terperikan. Hampir sejam lamanya Om Bayu mempermainkanku sesuka hatinya, dan saat itu pula aku beberapa kali mengalami orgasme dan setiap itu terjadi, selama 1 menit aku merasakan vaginaku berdenyut-denyut dan menghisap kuat penis Om Bayu, sampai akhirnya pada suatu saat Om Bayu berbisik dengan sedikit tertahan, “Ooohh.., Riinn.., Riinn.., aakkuu.., maau.., keluar!, Ooohh.., aahh.., hhmm.., oouuhh!”.
Tiba-tiba Om Bayu bangkit dan mengeluarkan penisnya dari vaginaku. Sedetik kemudian, “Ccret.., crett.., crett”, spermanya berloncatan dan tumpah tepat di atas perutku. Tangannya dengan gerakan sangat cepat mengocok-ngocok batang penisnya seolah ingin mengeluarkan semua spermanya tanpa sisa.
“aahh..”, Om Bayu mendesis panjang dan kemudian menarik napas lega. Dibersihkannya sperma yang tumpah di perutku. Setelah itu kami tergolek lemas sambil mengatur napas kami yang masih agak memburu sewaktu mendaki puncak kenikmatan tadi. Dipandanginya wajahku yang masih berpeluh untuk kemudian disekanya. Dikecupnya lembut bibirku dan tersenyum.
“Terima kasih, sayang..”, bisik Om Bayu dengan mesra. Dan akhirnya aku yang sudah amat lemas terlelap di pelukan Om Bayu.
Setelah kejadian itu, pada mulanya aku benar-benar merasa gamang, perasaan- perasan aneh berkecamuk dalam diriku, walaupun ketika waktu itu, saat aku bangun dari tidurku Om Bayu telah berupaya menenangkanku dengan lembut. Namun entah kenapa, setelah beberapa hari kemudian, kok rasanya aku jadi kepengin lagi, memang kalau diingat-ingat sebenarnya nikmat juga sih. Jadi sepulang sekolah aku mampir ke rumah Om Bayu, tentu saja aku malu mengatakannya, aku hanya pura-pura ngobrol ke sana-ke mari, sampai akhirnya Om Bayu menawarkan lagi untuk main-main seperti kemarin dulu, barulah aku menjawabnya dengan mengangguk malu-malu. Begitulah akhir cerita dewasa ini, kisah pengalaman pertama kalinya aku merasakan kenikmatan hubungan seks.
Tags: gadis smp, pengalaman seks pertama, sex cewek smp